Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Humas Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap

Humas Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap Kredit Foto: Agung Laksamana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Agung Laksamana menerbitkan buku keempatnya berjudul Adapt or Die!. Selain kesehariannya sebagai Director Corporate Affairs di APRIL Group dan Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), ia adalah seorang penulis PR yang aktif.

Membuka bab pertama dengan judul "A whole new world", Agung mengutip lirik lagu dari animasi Aladdin. Menurutnya, lirik ini relevan di tahun 2020 karena kita telah berada di era A Whole New World (sebuah dunia yang baru).

Baca Juga: MNC Licensing Rilis Seri Buku Cerita Si Juki x SpongeBob SquarePants

Buku Adapt or Die! Navigating the new world of PR! mengupas fenomena perubahan lanskap dunia PR, baik dari aspek Artificial Intelligence (AI), Robot, era baru jurnalisme, hoaxes, fakenews, serta era adaptasi kebiasaan baru. Buku ini terbit di waktu yang pas dan relevan dengan kondisi sekarang; pandemi telah mengubah tatanan bisnis, cara bekerja, dan bersosialisasi.

Judul Adapt or Die sepertinya sengaja diambil penulis karena melihat urgensinya PR untuk ber-adaptasi dan berubah jika tidak ingin profesi ini hilang atau lenyap. Realita saat ini, AI, robot, new jurnalism, influencers baru, dan Covid-19 telah mengubah dunia. Lanskap industri PR termasuk praktisi PR dipaksa segera berubah secepat mungkin menyesuaikan diri dengan "dunia baru" ini.

Penulis menjelaskan, sudah banyak profesi yang "tergerus oleh kemajuan teknologi", salah satunya bisa jadi adalah PR. Kemunculan sosok-sosok "berpengaruh" di media sosial membuka peluang sekaligus tantangan bagi praktisi PR. Kehadiran influencer, key opinion leader, SJW (Social Justice Warrior), buzzer, selebgram, selebtweet, dan lainnya telah mampu "menghimpun massa" dan menyampaikan pesan tertentu untuk menjadi sebuah gerakan yang cukup masif di media sosial, bahkan di dunia nyata. Di sinilah titik argumen buku ini, di mana PR harus adaptif, jika tidak ingin obsolet bahkan lenyap.

Gaya tulisan Agung adalah bercerita. Buku ini ringkas terdiri dari 5 bab dengan 135 halaman yang berisi kisah-kisah PR dan insights dari berbagai sumber. Buku ini mendapat apreasiasi di antaranya dari Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno dan juga Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyatakan buku ini relevan dengan tren dan kompleksitas dunia komunikasi saat ini.

Sandiaga Uno menyatakan, "Menghadirkan perspektif dan trends yang perlu diperhatikan praktisi PR. Dunia PR harus segera beradaptasi jika tidak ingin hilang ditelan perubahan."

Sementara itu, Suryopratomo, Duta Besar Indonesia untuk Singapura, berkomentar, "Selama bisa menjaga Trust dan Relationship dengan stakeholders, PR akan bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Agung membeberkan resep aplikatif untuk menjadi PR yang mumpuni!"

Prof. Dr. Arif Satria, Rektor Univ. IPB juga menyatakan, "Storytelling menjadi kekuatan dari buku ini. Pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai praktisi PR yang dicampur dengan kisah sehari-hari membuat buku menjadi bacaan wajib praktisi PR!"

Pada bab akhir, Agung melontarkan pertanyaan fundamental: apa yang tidak akan berubah dalam di dunia PR dalam 10 tahun ke depan? Di sinilah argumentasi Agung bahwa membangun Relationship dan Trust adalah kunci dan fundamental dari PR.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: