Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Langka! Keluarga Idap Kelainan Genetik Tak Miliki Sidik Jadi, Kok Bisa?

Langka! Keluarga Idap Kelainan Genetik Tak Miliki Sidik Jadi, Kok Bisa? Kredit Foto: Unsplash/Curology
Warta Ekonomi, Dhaka -

Di dunia di mana sidik jari adalah data biometrik yang paling banyak dikumpulkan dan digunakan, tidak memiliki sidik jari merupakan berkah dan kutukan, seperti yang dapat dibuktikan oleh para pria di keluarga Sarker.

Selama beberapa generasi, para pria Sarker di Bangladesh, telah dilahirkan dengan ujung jari yang sangat halus. Meskipun itu mungkin bukan masalah besar satu atau dua generasi yang lalu, saat ini, ketika pola berputar-putar di ujung jari kita digunakan sebagai cara utama untuk mengidentifikasi. individu, hal itu menjadi masalah.

Baca Juga: Viral Ramalan Nostradamus dari Abad ke-16 buat Tahun 2021, Mulai Gempa Besar sampai...

Misalnya, beberapa pria dalam keluarga Bangladesh tidak dapat memperoleh SIM karena tidak memiliki sidik jari, sementara yang lain enggan bepergian karena takut mendapat masalah di bandara, karena alasan yang sama.

kondisi-langka-para-pria-di-keluarga-ini-tidak-punya-sidik-jari-BGDkeiXFcW.jpg

"Saya membayar biayanya, lulus ujian, tetapi mereka tidak mengeluarkan izin karena saya tidak bisa memberikan sidik jari," kata Amal Sarker baru-baru ini kepada BBC. "Ini selalu menjadi pengalaman yang memalukan bagi saya."

Amal menambahkan bahwa ia selalu membawa tanda terima SIM saat mengemudikan sepeda motornya, tapi itu tidak membantunya saat polisi menghentikannya. Dia menunjukkan tanda terima dan ujung jarinya yang halus, tetapi petugas polisi tidak pernah membebaskan denda.

Membeli kartu SIM juga bermasalah bagi pria Sarker, karena pemerintah Bangladesh memberlakukan undang-undang yang mengatur pembelian kartu SIM dengan mencocokkan sidik jari dengan database nasional.

Tanpa sidik jari, Apu dan Amal Sarker tidak bisa mendapatkan kartu SIM mereka sendiri, dan sekarang keduanya menggunakan kartu yang dibeli atas nama ibu mereka.

Pria dalam keluarga Sarker, dari Distrik Rajshahi, di Bangladesh utara, menderita kondisi genetik yang sangat langka yang disebut Adermatoglyphia.

Kondisi ini baru diketahui pada 2007, ketika Peter Itin, seorang dokter kulit Swiss, ditemui oleh seorang wanita muda Swiss yang mengalami kesulitan untuk masuk ke Amerika Serikat (AS), karena dia tidak memiliki sidik jarinya. Wajahnya cocok dengan paspornya, tapi ujung jarinya mulus sempurna.

Dari pemeriksaan sidik jari pasien Adermatoglyphia pertama itu, dan pemeriksaan pada beberapa anggota keluarganya, diketahui bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh mutasi gen yang dikenal sebagai SMARCAD1. Kondisi yang kemudian dikenal dengan istilah “penyakit keterlambatan imigrasi” tersebut ternyata tidak menimbulkan dampak kesehatan lain selain dari tidak adanya sidik jari.

Adermatoglyphia sangat langka sehingga sejauh ini hanya diamati di segelintir keluarga di seluruh dunia.

Dermatolog Eli Sprecher, yang membantu Profesor Peter Itin mendiagnosis kondisi tersebut, telah menawarkan untuk menguji secara genetika para pria dalam keluarga Sarker dan menentukan apakah mereka menderita sejenis Adermatoglyphia. Tetapi meskipun hal itu mungkin memberi kejelasan kepada penderita, itu tidak akan membantu mereka melakukan berbagai hal di dunia di mana sidik jari menjadi begitu penting.

“Saya lelah menjelaskan situasinya berulang kali. Saya telah meminta nasihat banyak orang, tetapi tidak satu pun dari mereka dapat memberikan jawaban yang pasti,” keluh Apu Sarker yang berusia 22 tahun.

“Seseorang menyarankan saya pergi ke pengadilan. Jika semua opsi gagal, itulah yang mungkin harus saya lakukan. "

Untungnya, kemajuan teknologi mungkin akan membantu Sarker. Misalnya, Apu, saudara laki-lakinya, dan ayahnya dapat memperoleh kartu pintar dengan memindai retina mereka. Menurut Departemen Kartu Identitas Nasional, para pria dimungkinkan untuk mendapatkan dokumen yang mereka butuhkan dengan mengidentifikasi diri mereka melalui pemindaian retina atau pengenalan wajah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: