Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

FPI Dibubarkan, Komnas HAM Enggan Berkomentar

FPI Dibubarkan, Komnas HAM Enggan Berkomentar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Menko Polhukam Mahfud MD secara resmi menyatakan bahwa Front Pembela Islam (FPI) sebagai Organisasi Massa (Ormas) terlarang dan secara de jure telah dibubarkan sejak 20 Juni 2019.

Menganggapi itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang sedang menyelidiki kasus penembakan enam laskar Front Pembela Islam bersikap hati-hati mengomentari pembubaran FPI.

Baca Juga: DPR Dukung Pemerintah Bubarkan FPI: Rakyat Sudah Menunggu Lama

Komnas HAM sepertinya tak ingin sembrono berkomentar, sebagaimana para petinggi FPI yang menganggap organisasi itu dibubarkan sebagai bagian dari upaya pemerintah mengalihkan perhatian dari kasus penembakan enam laskar oleh Polri itu.

Dalam melaksanakan kewajiban melakukan investigasi kasus penembakan enam laskar oleh Polri itu, Komnas HAM belum tegas bersikap tegas menanggapi kebijakan pemerintah menghentikan kegiatan dan aktivitas Front Pembela Islam (FPI) dalam bentuk apa pun. Pihak Komnas HAM memilih mengaku belum menerima dan mempelajari kebijakan tersebut.

"Komnas HAM perlu membaca dulu, mempelajari dulu hal ini dan tentu saja juga harus cermat. Apalagi saat ini kami sedang melakukan penyelidikan yang ada kaitan dengan peristiwa FPI," ujar Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dalam konferensi pers daring di Jakarta, seperti dikutip Solopos.

Komnas HAM, ujar Ahmad, harus berhati-hati sebelum memberikan pernyataan karena Tim Penyelidikan Komnas HAM masih bekerja menyelidiki kasus dugaan bentrokan yang melibatkan FPI di Tol Cikampek. Ia berjanji dalam beberapa hari ke depan Komnas HAM akan memberikan respons terhadap kebijakan FPI dibubarkan itu setelah mempelajari kebijakan yang diambil pemerintah itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: