Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahun 2021, Permintaan Produk Oleokimia Diproyeksi Terus Meningkat

Tahun 2021, Permintaan Produk Oleokimia Diproyeksi Terus Meningkat Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hingga saat ini, secara garis besar, kelapa sawit dapat diolah menjadi tiga produk utama: oleopangan (coklat, permen, margarin, minyak goreng, dan lain-lain), oleochemical (sabun, deterjen, hand sanitizer, hand soap, dan sebagainya), serta biofuel (green diesel, green avtur, green gasoline)

Di tengah masih masifnya pandemi Covid-19 di Indonesia dan negara-negara dunia, permintaan akan produk-produk oleokimia diperkirakan terus meningkat. Hal tersebut karena produk-produk yang bersangkutan kini telah menjadi kebutuhan primer bagi seluruh masyarakat dunia.

Baca Juga: Persiapan Indonesia dari Raja Hulu Jadi Raja Hilir CPO

Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) memproyeksikan, pasar domestik dan ekspor produk oleokimia akan makin positif pada 2021 ini. Sepanjang 2021, volume ekspor akan tumbuh berkisar 17–22 persen sehingga rata-rata volume ekspor oleokimia Indonesia akan berada di kisaran 364–379 ribu ton per bulan.

Secara total, volume ekspor oleochemical Indonesia pada tahun 2021 berada di kisaran 4,3–4,6 juta ton. Sementara, permintaan pasar domestik berada pada kisaran 150 ribu ton per bulan dan untuk tahun 2021 akan tumbuh 10–12 persen. Secara total, volume serapan domestik berada pada kisaran 165–168 ribu ton per bulan.

Ketua Umum Apolin, Rapolo Hutabarat mengatakan, pada 2021, industri oleokimia akan menghadapi sejumlah tantangan yang berkaitan dengan seberapa cepat pemulihan ekonomi dari negara-negara tujuan ekspor utama produk oleochemical Indonesia, seperti India, Tiongkok, Eropa, Pakistan, dan lain-lain. Jika pemulihan ekonomi negara-negara utama tujuan ekspor tersebut dapat segera pulih, ada harapan yang positif atau permintaan produk oleochemical Indonesia akan tetap tumbuh positif.

Lebih lanjut Rapolo mengemukakan, untuk menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan sinergi dengan pemangku kepentingan lain termasuk pemerintah. Dukungan dari pemerintah tersebut berupa konsistensi regulasi baik dari sisi pungutan ekspor, adanya tax holiday dan tax allowance, serta harga gas industri yang sebesar US$6 per MMBTU di halaman industri.

Konsistensi berbagai regulasi tersebut akan memberikan kepastian bagi investor untuk menanamkan modalnya di sektor hilir kelapa sawit di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: