Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berkat Kontribusi Sawit, Capaian Ekspor Pertanian Makin Tinggi

Berkat Kontribusi Sawit, Capaian Ekspor Pertanian Makin Tinggi Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020). Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli 2020 menjadi 662 dolar AS per metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meskipun di tengah masifnya pandemi Covid-19 di Indonesia, sektor pertanian masih menempati posisi sentral. Buktinya, sepanjang Januari – November 2020, nilai ekspor pertanian nasional mencapai US$3,68 miliar (atau sekitar Rp51,9 triliun) atau mengalami kenaikan sebesar 13,64 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 yang sebesar US$3,24 miliar (atau sekitar Rp45,7 triliun). 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi tingginya ekspor pertanian tersebut, karena adanya kontribusi dan dukungan yang besar dari kelapa sawit. “Saya apresiasi adanya pertumbuhan baik di sektor pertanian. Tapi juga ingat, ekspor banyak itu berasal dari sawit,” ujar Presiden Jokowi dalam Rakernas Pembangunan Pertanian 2021, Senin (11/1).

Baca Juga: Begini Konsep Pertamina Produksi Bensin Sawit

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya sepanjang Januari-Oktober 2020 mencapai US$15,95 miliar (atau sekitar Rp222,9 triliun). Tren ekspor mengalami kenaikan sebesar 6,9 persen dari periode yang sama tahun lalu yakni menjadi sebesar US$14,92 miliar (atau sekitar Rp210,37 triliun). Negara tujuan utama ekspor sawit Indonesia yaitu China, Uni Eropa, India, dan Pakistan. 

Presiden menekankan agar pembangunan pertanian dilakukan secara lebih serius dan detail. “Pengelolaan yang berkaitan dengan pangan itu betul-betul harus kita seriusi, pembangunan pertanian harus betul-betul kita seriusi secara detail,” ujarnya.

Dicontohkan Presiden, melambungnya harga komoditas kedelai impor beberapa waktu lalu yang berdampak pada pengrajin tahu dan tempe di Indonesia.

“Saya ingin menggarisbawahi terutama yang berkaitan dengan komoditas pertanian yang impor. Kedelai hati-hati, jagung hati-hati, gula hati-hati, ini yang masih (impor) juta-jutaan ton,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: