Kajian Khusus
Menyinggung terjadinya banjir Kalsel, Karliansyah memahami adanya polemik tentang analisis banjir Kalsel, karena ada keinginan secara cepat mencari sebab dan untuk segera mengatasinya.
“Bagi Pemerintah tidak mudah asal menunjuk, tanpa mempelajari sebab–akibat atau hubungan kasualitas yang dilandasi oleh pengetahuan selain fakta-fakta lapangan di antara peran Kementerian dan Lembaga,” ujar Karliansyah.
Oleh karena itu, tambah Karliansyah, KLHK melakukan kajian, khususnya dengan lokus DAS Barito di Kalsel. Alhasil, penyebab terjadinya banjir Kalsel adalah akibat cuaca ekstrim.
Ia pun menyebutkan daerah yang terjadi banjir pada DAS Barito Kalsel, yaitu pada Daerah Tampung Air (DTA) Riam Kiwa, DTA Kurau dan DTA Barabai karena curah hujan yang ekstrim, dan sangat mungkin dengan recurrent periode 50 hingga 100 tahun.
“Luas total DAS Barito, kurang lebih 6,2 juta ha yang meliputi Provinsi Kalimantan Tengah kurang lebih 4,4 juta ha, Kalimantan Timur 8 ribu ha, Kalimantan Barat 590 ha, dan di Kalimantan Selatan kurang lebih 1,8 juta ha atau setara 29%,” paparnya.
KLHK mencatat, luas kawasan hutan di Kalsel, kurang lebih 1.664.000 Ha, di mana seluas kurang lebih 950.800 Ha merupakan kawasan hutan lindung dan produksi. Dan hanya kawasan hutan produksi dan lindung yang bisa diterbitkan IPPKH.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: