Rudal Iron Dome Israel Bakal Digeser ke Teluk oleh AS, Ternyata Ini yang Diincar
Selain negara-negara Teluk, kata para pejabat Israel, penempatan itu juga diharapkan terjadi di negara-negara Eropa Timur, karena takut Rusia dapat membahayakan pasukan Amerika, atau infrastruktur strategis di negara-negara tersebut.
Pada September 2018, sebuah surat kabar Arab Saudi melaporkan bahwa Riyadh telah menandatangani perjanjian untuk membeli baterai Iron Dome dari Israel dengan pihak Amerika bertindak sebagai mediator.
Namun, Kementerian Pertahanan Israel segera menyangkal laporan bahwa kesepakatan semacam itu telah ditandatangani—tetapi tidak menyangkal bahwa Saudi memang telah meminta untuk membeli sistem tersebut.
Setelah serangan terhadap kilang minyak dan fasilitas perusahaan minyak nasional Saudi Aramco di Arab Saudi pada September 2019, yang dikaitkan dengan Iran, Arab Saudi dan negara-negara lain mengajukan permintaan mereka untuk membeli baterai Iron Dome guna mempertahankan diri dari ancaman Iran.
Tetapi pejabat Israel menyangkal bahwa menyediakan sistem Iron Dome adalah bagian dari perjanjian normalisasi dengan negara-negara Teluk, karena pembelian baterai Iron Dome oleh Amerika Serikat telah ditandatangani pada 2019, jauh sebelum Perjanjian Abraham.
Dua baterai pertama yang dikirim ke Amerika Serikat dikembangkan di Israel oleh Rafael dan mitra lainnya. Namun dalam beberapa bulan, Rafael diperkirakan akan membuka jalur produksi bersama dengan kontraktor pertahanan AS Raytheon, salah satu perusahaan pertahanan terbesar di dunia, untuk rudal pencegat versi Amerika.
Ini akan memungkinkan Rafael dan Raytheon memasok versi Amerika ke Angkatan Darat AS dan mengekspor ke negara-negara lain di Eropa, Teluk, dan Asia Timur.
Kementerian Pertahanan dan industri militer telah meminta badan pengawas untuk melonggarkan pembatasan ekspor pada sistem senjata Israel, termasuk Iron Dome. Industri pertahanan berpikir adalah mungkin untuk membuat versi ekspor dan menjualnya ke sejumlah negara yang sejauh ini telah dihindari Israel untuk menjual sistem senjata canggih.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: