Gedung Putih Waspada! Korea Utara Macam Apa yang Bakal Dihadapi Joe Biden?
Pada awal Januari, pemerintah Korea Utara (Korut) mengadakan kongres partai, sebuah pertemuan yang diadakan secara berkala untuk memandu pemerintahan dan kebijakan, di mana pemimpin Kim Jong-un mengidentifikasi Amerika Serikat (AS) sebagai musuh utama negara.
Dia menyatakan bahwa Korut akan menanggapi "kekuatan dengan ketangguhan" dan "niat baik dalam kebaikan." Lebih dari itu, dia juga menyatakan bahwa AS harus menarik "kebijakan permusuhan" untuk meningkatkan hubungan dengan Korut.
Baca Juga: Kim Jong-un Bongkar Boroknya HAM Negeri Kangguru, Australia Balas Olok-Olok...
Posisi ini menggemakan pernyataan Korut yang diberikan dalam dua tahun terakhir pemerintahan Presiden Donald Trump. Sejak KTT AS-Korea Utara 2019 di Hanoi gagal, Kim secara terbuka kembali ke tuntutan lama Korut agar AS meninggalkan "kebijakan permusuhannya".
Di samping penilaian ini, seperti dilansir Council on Foreign Relation, Kamis (28/1/2021), kongres tersebut berfokus pada langkah-langkah untuk merevitalisasi semua aspek ekonomi Korut yang tertekan dan menetapkan tujuan untuk memodernisasi sejumlah sistem persenjataan, termasuk rudal dengan jangkauan lima belas ribu kilometer; miniaturisasi dan penggunaan senjata nuklir taktis; dan mengembangkan kemampuan rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam.
Pesan keseluruhannya adalah bahwa Korut akan terus memperdalam ketergantungannya pada pengembangan nuklir sebagai pencegah terhadap agresi AS. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke negosiasi jika AS membuat konsesi lebih lanjut.
Perkembangan militer Korut berfungsi sebagai pengaruh yang dapat digunakan Korut untuk membingkai negosiasi di masa depan dengan AS seputar pengendalian senjata daripada denuklirisasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto