Tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny akan menjalani hukuman dua tahun delapan bulan penjara setelah dinyatakan bersalah melanggar ketentuan hukuman yang ditangguhkan, terkait kasus penggelapan pada 2014.
Pada Selasa (2/1/2021), Pengadilan Kota Moskow memutuskan bahwa Navalny telah gagal melapor secara teratur ke Dinas Pemasyarakatan Federal Rusia (FSIN), dan alasannya untuk tidak hadir dianggap tidak cukup. Oleh karena itu, hakim memutuskan bahwa putusan yang ditangguhkan harus diubah menjadi putusan nyata.
Baca Juga: Duh, Kremlin Ogah Fasilitasi Pendukung Navalny untuk Bicara karena...
Pada 2014 aktivis antikorupsi itu awalnya dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara, tetapi dia telah menjalani hukuman tahanan rumah selama hampir sepuluh bulan. Hukuman itu dijatuhkan setelah Navalny dinyatakan bersalah menggelapkan 30 juta rubel (sekira Rp5,5 miliar) dari dua perusahaan, termasuk merek kosmetik Prancis Yves Rocher.
Navalny mengklaim kasus penggelapan uang itu bermotif politik.
Dia menerima hukuman ditangguhkan selama lima tahun, yang kemudian diperpanjang satu tahun lagi. Hukuman itu akan berakhir pada 30 Desember tahun lalu, namun, beberapa hari sebelum hukumannya berakhir, Navalny tidak muncul memenuhi panggilan FSIN.
Diwartakan RT, saat itu Navalny sedang berada di Jerman, dalam penyembuhan setelah dugaan percobaan peracunan terhadap dirinya di Siberia beberapa hari sebelumnya. Namun, sebuah laporan yang diterbitkan oleh dokter Berlin pada Desember menunjukkan bahwa dia telah pulih, dan oleh karena itu, menurut FSIN, secara teknis dia seharusnya dapat hadir.
Pada sidang tersebut, Navalny membantahnya, mengklaim bahwa dia tidak fit untuk kembali ke Rusia hingga pertengahan Januari.
Sebelum kasus dimulai, media melaporkan kehadiran polisi yang besar di sekitar gedung pengadilan, dengan beberapa penangkapan dilakukan. Jalan-jalan terdekat diblokir. Selain anggota pers, sesi tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari banyak kedutaan asing, dengan deretan panjang mobil diplomatik terlihat di luar gedung pengadilan.
Selama dua pekan terakhir, pendukung Navalny menggelar protes di jalan-jalan di Rusia, menuntut agar dia dibebaskan. Kepolisian Rusia telah menahan ribuan orang terkait demonstrasi, yang diwarnai bentrokan di beberapa kota.
Sebelum protes hari Minggu, penegak hukum menggerebek apartemen sejumlah sekutu Navalny, termasuk juru bicara Kira Yarmysh dan politikus Lyubov Sobol, keduanya sekarang dalam tahanan rumah.
Navalny kembali ke Moskow pada 17 Januari, hampir lima bulan setelah dia tiba di Jerman dalam keadaan koma. Dia langsung ditangkap. Menurut dokter Jerman, dia diracuni dengan agen saraf 'Novichok.'
Navalny mengatakan Kremlin berada di balik serangan itu, namun Kremlin membantah tuduhan tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: