Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kehadiran Minyak Sawit Untungkan Seluruh Kelas Ekonomi Masyarakat Dunia

Kehadiran Minyak Sawit Untungkan Seluruh Kelas Ekonomi Masyarakat Dunia Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam truk di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mencatat volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada bulan Juli 2020 naik sebesar 13 persen menjadi 3,13 juta ton dari sebelumnya 2,76 juta ton dan ekspor produk olahan CPO naik sebesar 21,8 persen menjadi 1,97 juta ton dari sebelumnya 1,6 juta ton. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terdapat 17 jenis minyak/lemak nabati dunia yang dapat diproduksi dan dikonsumsi, tetapi hanya empat jenis minyak nabati di antaranya yang dikonsumsi secara global. Keempat minyak nabati tersebut adalah minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapa, dan minyak biji bunga matahari.

Minyak sawit merupakan salah satu dari keempat minyak nabati utama global yang memiliki potensi besar untuk pemenuhan hampir seluruh kebutuhan masyarakat. Secara umum, minyak sawit dapat diolah menjadi tiga hilirisasi produk: oleopangan (minyak goreng, margarin, cokelat, krimer, dan lain-lain), oleochemical (sabun, deterjen, hand sanitizer, dan sebagainya), serta biofuel (bahan bakar nabati seperti green diesel, green gasoline, dan green avtur).

Baca Juga: Inovasi Bensin Sawit sebagai Sejarah Baru Indonesia

Kehadiran minyak sawit sebagai sumber minyak nabati justru sangat menguntungkan masyarakat global. Selain produktivitasnya yang tinggi, yakni 10 kali lipat dari tiga jenis minyak nabati lain, minyak kelapa sawit juga tercatat sebagai minyak nabati paling murah.

"Disparitas harga minyak sawit dengan tiga minyak nabati lainnya di pasar global berkisar antara US$100–US$200 per ton. Rendahnya harga minyak sawit tersebut menguntungkan bagi masyarakat miskin atau berpendapatan rendah," seperti dilansir dari laporan PASPI Monitor.

Tidak hanya itu, sejumlah penelitian juga menemukan, variabel harga minyak sawit yang lebih kompetitif, elastisitas harga (own price elasticity) yang lebih inelastis, dan elastisitas pendapatan (income elasticity) yang lebih elastis menunjukkan bahwa minyak sawit memang relatif pro-poor dibandingkan minyak nabati lainnya.

Dalam laporan PASPI Monitor dikemukakan, pada pasar minyak nabati dunia, minyak sawit berperan sebagai peredam kenaikan harga yang berlebihan pada minyak nabati lain. Peran minyak sawit sebagai pengendali harga minyak nabati dunia tersebut dimungkinkan karena harganya yang lebih kompetitif, volume relatif besar dan pasokan stabil sepanjang tahun, serta memiliki hubungan subsitusi (dapat menggantikan) dengan ketiga minyak nabati lainnya.

"Dapat dibayangkan jika minyak sawit dengan perannya tersebut tidak hadir di pasar minyak nabati dunia, harga ketiga minyak nabati (minyak kedelai, minyak rapa, minyak biji bunga matahari) akan jauh lebih mahal dari harga saat ini. Implikasinya, masyarakat miskin/berpendapatan rendah di dunia akan kesulitan memperoleh minyak nabati," catat laporan tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: