Setelah Presiden Joko Widodo mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 pertama pada 13 Januari 2021, program vaksinasi segera dijalankan dengan sasaran prioritas vaksinasi pertama adalah tenaga kesehatan (nakes). Kebijakan tersebut diambil karena nakes adalah garda depan yang langsung menangani pasien Covid-19 dan berisiko tertular dan menularkan. Selain itu, upaya ini juga untuk menyudahi gugurnya para nakes yang telah berjuang melawan Covid-19 saat ini.
Pelaksanaan vaksinasi bagi nakes dilangsungkan di berbagai rumah sakit dan puskesmas. Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjadi salah satu rumah sakit yang menyelenggarakan program vaksinasi bagi pegawai kesehatannya dengan jumlah cukup besar.
Baca Juga: Alhamdulillah, 11 Juta Bahan Baku Vaksin Covid-19 Tiba Lagi, Petugas Publik Segera Divaksinasi
"Mulai dari 14 Januari 2021, vaksinasi telah dilaksanakan kepada 3.000 dari total 7.000-an nakes yang layak vaksin di RSCM. Vaksinasi juga sudah mulai masuk vaksinasi kedua sejak 28 Januari 2021. Target RSCM untuk menuntaskan program vaksinasi di RSCM akan selesai pada minggu keempat bulan Februari 2021," jelas Dr. dr. Trimartani, Sp THT-KL(K). MARS, Direktur Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penelitian RSCM, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Lebih lanjut, Dr. Trimartani menjabarkan, tenaga kesehatan adalah tenaga perawat, tenaga penunjang seperti radiografer, gizi, analis, relawan, peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), dan calon dokter/mahasiswa. Begitu juga dengan alih daya seperti cleaning service, pramusaji, dan keamanan rumah sakit termasuk di dalamnya. RSCM disebutkan memiliki total pegawai mencapai 5.219 orang.
Untuk mempercepat terlaksananya program vaksinasi, manajemen RSCM telah menjalankan beberapa strategi khusus. "Untuk menggalang tenaga kesehatan agar hadir ke lokasi vaksinasi, kita perlu strategi. Contohnya pada program vaksinasi di hari Minggu, kami jemput relawan kami yang tinggal di penginapan menggunakan bus antar-jemput. Paling tidak, ada 300 tenaga kesehatan yang divaksinasi termasuk nakes dan PPDS yang sedang bertugas hari itu," terang Dr. Trimartani.
Strategi lainnya, kata Dr. Trimartani, adalah vaksinasi khusus untuk PPDS di hari Sabtu. "Alhamdulillah ada 400 PPDS dan tenaga kesehatan yang divaksinasi di hari Sabtu kemarin. Jadi, program vaksinasi ini harus simultan dari hulu ke hilir. Ketika pemerintah merelaksasi registrasi vaksinasi dengan dapat menggunakan pendaftaran manual dan Pcare, akhirnya pelaksanaan bisa dipercepat," jelasnya.
Meski pemahamannya tentang vaksin sudah mumpuni, tenaga kesehatan di RSCM tetap perlu diberikan edukasi mengenai vaksin Covid-19. "Pada dasarnya, tenaga kesehatan kami sudah memahami mengenai vaksin. Namun, vaksin Covid-19 ini memang hal baru sehingga RSCM tetap melakukan edukasi kepada tenaga kesehatan. Yang perlu dipahami pula, vaksin ini hanya salah satu komponen pencegahan. Oleh karena itu, harus terintegrasi dan tetap melaksanakan 3M dan 3T," terang Dr. Trimartani.
Hal-hal yang dikhawatirkan seperti kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat tidak terjadi pada ribuan tenaga kesehatan RSCM yang sudah divaksinasi. "Sampai saat ini, tidak ada keluhan KIPI berat dan kita sudah memiliki alur pelaporan KIPI. Namun, tim di RSCM belum mendapat laporan KIPI serius dan mudah-mudahan ke depannya tidak ada kendala soal itu," tutur Dr. Trimartani melanjutkan.
Terkait pandemi Covid-19, RSCM turut merasakan beban akibat belum terkendalinya pandemi hingga saat ini. Menurut Dr. Trimartani, sumber daya di RSCM sebanyak apapun, bila selama masa pandemi kasus terus meningkat, RS tidak akan mampu mencukupi karena jumlah yang perlu dirawat datang bersamaan, tidak seimbang dengan jumlah SDM dan sarana prasarana yang ada. Meski begitu, RSCM tetap berupaya dan telah memiliki beberapa strategi pengelolaan SDM untuk mengatasinya dan tetap memberikan pelayanan yang terbaik.
"Hal ini juga menjadi pesan tersendiri. Pada akhirnya, kita semua ingin mengakhiri pandemi. Jadi, vaksin ini tidak bisa sendirian mengendalikan pandemi, kita harus melakukan banyak hal, termasuk tidak memberatkan beban tenaga dan fasilitas kesehatan dengan bersama-sama mencegah penularan. Masyarakat perlu menyadari bahwa Covid-19 ini nyata, bukan hoaks, dan tenaga kesehatan betul-betul berjuang di lapangan dan menyaksikan sendiri perjuangan pasien Covid-19 dalam mencapai kesembuhannya," tutup Dr. Trimartani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum