Riset: Imlek Pertama di Tengah Pandemi, Transaksi Digital Melonjak Drastis
Berdasarkan riset online berskala nasional yang diadakan oleh Neurosensum, perusahaan jasa konsultasi dengan riset neuroscience, animo masyarakat Indonesia untuk bertransaksi online menjelang Tahun Baru Imlek meningkat sebesar 93% dibandingkan dengan tahun lalu.
Perlu dicatat bahwa Tahun Baru Imlek tahun lalu jatuh pada tanggal 25 Januari 2020, 2 bulan sebelum konfirmasi kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Hal ini menjadikan perayaan tahun ini sebagai perayaan Imlek perdana di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Baca Juga: Wamendag: Game Online Berpotensi Menyasar Pasar Ekspor
"Hasil data riset tersebut bermanfaat untuk ditelaah dan dipelajari lebih lanjut demi menyempurnakan pengetahuan akan tren perilaku konsumen di dalam peta industri luas, terutama dalam masa-masa kompleks seperti sekarang ini," kata Mahesh Agarwal, Managing Director, Neurosensum Indonesia dalam siaran pers, Rabu (10/2/2021).
Semenjak bulan April 2020, akselerasi transaksi digital melonjak berkali-kali lipat karena lockdown berskala nasional demi menekan angka penularan Covid-19. Mulai dari belanja secara online di platform e-commerce, jasa ojol, hingga dompet digital, digunakan demi kemudahan kebutuhan sehari-hari.
Perusahaan mengadakan riset digital dengan topik berfokus pada penggunaan e-wallet terhadap 1.000 responden berusia produktif (19-45 tahun) secara serentak di 8 kota besar di Indonesia, yaitu meliputi kawasan Jabodetabek, kota besar di Pulau Jawa, serta kota besar lainnya di Indonesia.
Salah satu topik yang dikupas oleh Neurosensum adalah topik mengenai Hari Raya Imlek. Dari hasil riset tersebut, sekitar 61% responden mengatakan bahwa pada Hari Raya Imlek tahun ini, mereka akan makan bersama keluarga mereka. Kemudian, 58% responden akan merayakan dengan cara mengunjungi sanak saudara. Lalu, 49% responden mengungkapkan bahwa perayaan akan diisi dengan mengunjungi tempat wisata bernuansa perayaan Imlek.
Silaturahmi saling mengunjungi keluarga, sanak saudara, dan sahabat menjadi tradisi yang terbatas tahun ini, tetapi tradisi pemberian angpao (amplop merah) tetap menjadi salah satu keunikan perayaan yang dilestarikan. Sebanyak 38% responden mengatakan bahwa mereka akan menggunakan uang tunai sebagai bentuk tanda pemberian angpao, lalu 50% menggunakan e-wallet sebagai sarana pemberian angpao. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang merayakan Imlek pun sudah cukup fasih dalam mengerti fitur dan kemudahan e-wallet dalam bertransaksi sehari-hari.
"Meskipun kurang dari 20% dari responden kami yang merayakan Tahun Baru Imlek, sekitar 93% dari total keseluruhan responden (baik yang merayakan maupun yang tidak merayakan Imlek) mengatakan bahwa mereka menanti-nantikan akan berbelanja di platform e-commerce favorit jika ada promosi khusus," lanjutnya.
Sebanyak 50% responden telah berkeluarga dan 50% sedang tidak dalam status berkeluarga. Mayoritas penghasilan para peserta tergolong dalam kategori ekonomi sosial berkelas rendah sampai menengah.
Kategori yang masih jadi incaran belanja Tahun Baru Imlek antara lain baju dan produk fesyen (86%), produk kecantikan (80%), dan sepatu (70%). Yang tak kalah menarik, terdapat beberapa pos pengeluaran yang besaran anggarannya masih sama dengan tahun lalu seperti donasi, belanja keluarga, dan makan-makan bersama keluarga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: