Kaspersky: 3 dari 10 Pengguna di Indonesia Terinfeksi Malware, UMKM Masih Jadi Sasaran Cryptomining
Laporan terbaru Kaspersky Security Network (KSN) mengungkap bahwa 3-dari-10 (31%) pengguna Kaspersky di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman yang ditularkan melalui web selama periode Januari-Desember 2020.
Selama 2020, produk Kaspersky mendeteksi 34.516.232 malware berbeda yang ditransmisikan melalui Internet pada komputer partisipan KSN di Indonesia. Lebih dari 4.341.000 upaya serangan menargetkan pengguna bisnis di negara ini, 51% lebih banyak dari 2.870.000 insiden yang terjadi di tahun 2019.
Baca Juga: Kejahatan Siber Merambat ke Otomotif, Kaspersky Luncurkan Layanan Baru
“Meskipun terdapat sedikit penurunan pada jumlah total ancaman lokal dan web yang telah kami blokir tahun lalu di Indonesia, penting untuk dipahami bahwa tahun 2020 adalah tahun di mana seluruh aktivitas manusia hampir ditransfer secara online. Ancaman terhadap individu sama berbahaya dengan risiko pada UKM dan perusahaan karena penerapan sistem kerja dari rumah yang sedang berlangsung di negara ini,” kata Dony Koesmandarin, Territory Manager untuk Indonesia di Kaspersky dalam diskusi daring, Rabu (17/2/2021).
Sebanyak 400 ribu lebih umkm menjadi sasaran serangan phising di paruh pertama 2020. Ini meningkat sebanyak 18,20% dibandingkan tahun sebelumnya.
UMKM Indonesia masih menjadi sasaran cryptomining ilegal. Laporan Kaspersky menyebut setidaknya ada 700 ribu lebih umkm yang menjadi sasaran. Ini menempatkan Indonesia di peringkat 4 global dalam upaya cryptomining ilegal
Laporan KSN 2020 juga menunjukkan bahwa produk Kaspersky mendeteksi sebanyak 111.682.011 insiden lokal di komputer partisipan KSN di negara tersebut. Dari total jumlah percobaan, sebanyak 20.264.000 ditargetkan terhadap pengguna bisnis di Indonesia.
Malware lokal adalah perangkat lunak berbahaya yang disebarkan melalui perangkat yang dapat dilepas seperti drive USB, CD, DVD, dan metode offline lainnya. Secara total sebanyak 56,3% pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal di tahun 2020 lalu.
Perusahaan keamanan siber global juga mengungkapkan bahwa jenis ancaman web teratas yang terdeteksi di kawasan Asia Tenggara tahun lalu adalah malware dalam lalu lintas web selama aktivitas pencarian, mengunduh program tertentu secara tidak sengaja di internet, mengunduh lampiran berbahaya dari layanan email online, aktivitas ekstensi browser, dan mengunduh komponen berbahaya dan komunikasi C&C yang dilakukan oleh malware lain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: