Seorang peneliti medis Stanford University, Amerika Serikat, didakwa menyembunyikan identitasnya dan berbohong tentang keanggotaannya dalam militer China.
Dalam dakwaan lanjutan sejak Januari lalu itu, Departemen Kehakiman AS menuduh Chen Songseorang peneliti Stanford yang dikatakan mengaku sebagai ahli saraf yang menyelidiki penyakit otak- melakukan pemalsuan visa, menghalangi penyidikan, membuang dokumen, dan membuat pernyataan palsu. Hal ini dianggap bagian upaya menyembunyikan identitasnya sebagai anggota Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/PLA) China. Baca Juga: Menteri Erick Thohir Merapat ke Singapura, Mau Apa Ya?
"Ketika Chen Song bekerja sebagai peneliti di Universitas Stanford, dia sebenarnya adalah juga anggota militer China, Tentara Pembebasan Rakyat," kata David L. Anderson, Kepala Jaksa Federal di San Francisco, Jumat (19/2/2021), dikutip Reuters. Baca Juga: Telak! China Sebut Hubungan dengan WHO Rusak Gara-Gara Amerika Serikat
Pengacara Song belum bisa dikonfirmasi mengenai hal ini. Dakwaan baru menuduh bahwa Song, seorang warga negara China berusia 39 tahun, memasuki Amerika Serikat pada Desember 2018, menggunakan visa non-imigran. Visa itu mengizinkannya mengikuti program pertukaran pengunjung berbasis kerja dan studi sebagai peneliti di Stanford.
Dalam aplikasi visanya Song mengatakan, dia bertugas di militer China antara 1 September 2000 dan 30 Juni 2011. Namun kini, dia adalah pelajar di sebuah rumah sakit di Beijing.
Namun jaksa penuntut mengatakan, Song berbohong. Karena kini statusnya masih sebagai anggota militer China. Demikian juga rumah sakit di Beijing yang diakui Song sebagai pemberi keterangan di visanya, sebenarnya adalah Rumah Sakit Umum Angkatan Udara Militer China di Beijing.
Song juga dituding berbohong kepada agen FBI tentang keanggotaannya di Tentara Pembebasan Rakyat China. Saat mengetahui dia mulai terendus FBI, dia mulai menghapus sejumlah keterangan dari internet yang terkait dengan dinas militernya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih