Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Antonio Gutteres Kutuk Perilaku Militer Myanmar: Hormati Keinginan Penuh Rakyat

Antonio Gutteres Kutuk Perilaku Militer Myanmar: Hormati Keinginan Penuh Rakyat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara pada KTT Dunia Austria R20 di Wina, Austria, 28 Mei 2019. | Kredit Foto: Reuters/Lisi Niesner
Warta Ekonomi, New York -

Demonstrasi berdarah terjadi di Myanmar pada Minggu (28/2/2021) kemarin. Aksi yang dinyatakan paling berdarah itu terjadi di sejumlah kota di Myanmar yang menolak kudeta militer. Tercatat sebanyak 18 Demonstran tewas ditembak Polisi.  

Dikutip dari Channel News Asia, pada Senin (1/3/2021), Juru Bicara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Stephane Dujarric mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutterres mengutuk tindakan keras di Myanmar yang menyebabkan kematian demonstran.

Baca Juga: Tegas, Indonesia Berani Desak Aparat Myanmar Stop Kekerasan pada Demonstran

Selain itu, PPB juga mengecam dan tidak dapat menerima semua penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang para aktivis yang dilakukan oleh militer Myanmar.

"Sekretaris Jenderal mendesak masyarakat internasional untuk berkumpul dan mengirimkan sinyal yang jelas kepada militer Myanmar bahwa mereka harus menghormati keinginan rakyat Myanmar seperti yang diungkapkan melalui pemilihan dan hentikan penindasan," kata Dujarric dalam keterangannya.

Sebelumnya, diketahui dari televisi MRTV yang dikelola pemerintah junta militer mengatakan lebih dari 470 orang telah ditangkap pada Sabtu-Minggu kemarin ketika polisi melancarkan tindakan keras nasional.

Tebar Ketakutan

Sementara itu, Aktivis Pemuda Esther Ze Naw mengatakan pemuda dan orang-orang di Myanmar terus berjuang melawan ketakutan yang dialami mereka di bawah kekuasaan pemeritahan junta militer.

"Jelas sekali mereka (militer) mencoba menanamkan rasa takut pada kami (aktivis) dengan membuat kami lari dan bersembunyi, dan kami tidak bisa menerima hal itu," katanya. 

Sedangkan, pemerintah Junta Militer Myanmar memecat utusan Myanmar di PBB karena dinilai telah mengkhianati negara. Hal itu, usai utusan Myanmar mendesak PBB untuk menggunakan segala upaya untuk menggagalkan upaya kudeta yang dilakukan militer. 

"Saya memutuskan untuk melawan (junta Militer) selama saya bisa," kata Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun di New York.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: