Dilansir dari UNESCO, sekolah juga merupakan pusat aktivitas sosial bagi anak-anak. Dengan pandemi yang tak segan menyerang, mereka telah kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara mental.
Sistem pembelajaran ini lebih cocok diterapkan untuk murid yang sudah lebih dewasa. Menurut CEO Wall Street English (WSE) Indonesia, Kish Gill, dia tidak yakin bahwa sistem PJJ adalah cara belajar yang efektif bagi murid yang tergolong masih kecil untuk belajar karena mereka masih membutuhkan bimbingan yang ketat dari orang dewasa serta kesadaran untuk belajar dari diri sendiri.
Dia lanjut menjelaskan bahwa metode WSE dirancang untuk pelajar dewasa, dimulai dari umur 17 tahun, termasuk mahasiswa dan karyawan, ditambah dengan unsur komunitas online serta webinar untuk menyeimbangkan pembelajaran dengan aplikasi dalah kehidupan sehari-hari, sehingga dampaknya akan sangat terasa bagi setiap Member.
Terhubung dengan isu pembelajaran, kekhawatiran lain dalam sistem PJJ adalah biaya listrik dan Internet.
Sistem PJJ online memberi kesan sebagai alternatif yang lebih murah—dikarenakan berkurangnya biaya perjalanan dan uang saku—namun biaya sistem pembelajaran ini cepat sekali menumpuk.
Dari sebuah survei oleh Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada Agustus 2020, dari 2.201 responden, 67% orang menyatakan bahwa sistem PJJ termasuk mahal, terutama bagi mereka dengan status sosial ekonomi yang rendah, dengan penggunaan Internet yang tinggi sebagai penyebab utamanya. Koneksi Internet yang stabil juga masih termasuk langka di daerah pedesaan.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan kesehatan adalah masalah yang terjadi dalam sistem PJJ, terutama untuk anak-anak. Infrastruktur yang lebih baik dan akses Internet yang kuat dan stabil di seluruh negeri memungkingkan pembelajaran jarak jauh menjadi bagian permanen dari sistem pendidikan di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: