Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19, Efektifkah?

Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19, Efektifkah? Arpeggio Jiwa Mavendea, seorang murid "TK Anak Teladan", Bintaro, Tangerang sedang melakukan belajar jarak jauh (daring) dari rumah melalui aplikasi Zoom di smartphone, Selasa (11/8/2020). | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) amatlah penting terlebih saat pandemi Covid-19 terjadi di seluruh penjuru dunia. Walaupun pemerintah telah berusaha untuk menerapkan sistem PJJ semaksimal mungkin, sistem pembelajaran jarak jauh di Indonesia memang belum berjalan secara sempurna.

Sistem PJJ memiliki beberapa kelebihan seperti penjadwalan yang lebih fleksibel, perekaman kegiatan belajar mengajar agar murid dapat mengulang pelajaran mereka, dan keamanan dari situasi pandemi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim berencana untuk membuat permanen pembelajaran jarak jauh berbasis online supaya Indonesia dapat menjadi negara yang lebih maju.

Baca Juga: Asyik... Bantuan Kuota Internet untuk Belajar Akan Ada Lagi Bulan Maret Ini...

Lembaga pendidikan Indonesia segan mengadopsi penggunaan teknologi. Hanya sejak pandemi mereka terpaksa bergantung dengan teknologi supaya para murid tetap masih dapat belajar walau tidak berada di dalam ruang kelas dan tidak berinteraksi langsung dengan guru dan teman-teman mereka.

Perubahan yang signifikan dan mendadak membuat banyak sekali lembaga pendidikan mengalami tantangan dalam mengadopsi teknologi ke proses belajar mengajar dengan sepenuhnya. Sekarang setelah hampir satu tahun sejak masa transisi, para murid tetap mengalami tekanan yang tinggi untuk mengikuti pelajaran. Guru membebani murid dengan tugas-tugas untuk mengimbangi berkurang banyaknya belajar mengajar tatap muka.

Terlebih lagi tidak semua sekolah dapat menyediakan rekaman belajar karena materi diajarkan secara live. Anak-anak harus bergantung kepada orang tua untuk membantu mereka melaksanakan tugas. Walaupun dengan sistem PJJ, orang tua dapat lebih prihatin terhadap kurikulum akademi anak mereka, mereka tidak bisa meniru pola mengajar secara persis.

Supaya pembelajaran di rumah dapat dilaksanakan dengan efektif, orang tua harus mengerti terlebih dahulu pelajaran anak-anak mereka secara cermat supaya dapat mendampingi anak selama proses belajar mengajar. Mereka juga seringkali sibuk dengan tanggung jawab mereka sendiri. Akibatnya tugas dan latihan dari sekolah memakan waktu lebih banyak waktu daripada biasanya.

Sistem PJJ memerlukan tingkat konsentrasi dan disiplin yang besar yang tidak selalu bisa di pertahankan oleh kaum siswa yang masih muda. Banyak dari mereka masih kesulitan membagi waktu antara tugas sekolah dan waktu rekreasi. Akibatnya tugas sekolah seringkali memakan waktu lebih banyak sehingga tingkat stres mereka semakin melonjak karena kehilangan waktu renggang.

Dilansir dari Microsoft, tantangan keterlibatan pada sistem PJJ dapat ditangani dengan lebih cermat oleh murid dan orang tua jika ada dukungan dan dorongan dari sekolah. Isu lainnya mengenai sistem PJJ terkait dengan anak-anak terisolasi, mengakibatkan terganggunya kesehatan fisik dan mental mereka.

Layanan Kesehatan Universitas Princeton menyatakan bahwa tanpa setup meja yang tepat, digabung dengan postur tubuh yang buruk, cedera seperti nyeri punggung dan leher, ketegangan otot dan mata, dan kelelahan akan terjadi jika berlanjut untuk jangka waktu yang lama.

Dilansir dari UNESCO, sekolah juga merupakan pusat aktivitas sosial bagi anak-anak. Dengan pandemi yang tak segan menyerang, mereka telah kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara mental.

Sistem pembelajaran ini lebih cocok diterapkan untuk murid yang sudah lebih dewasa. Menurut CEO Wall Street English (WSE) Indonesia, Kish Gill, dia tidak yakin bahwa  sistem PJJ adalah cara belajar yang efektif bagi murid yang tergolong masih kecil untuk belajar karena mereka masih membutuhkan bimbingan yang ketat dari orang dewasa serta kesadaran untuk belajar dari diri sendiri.

Dia lanjut menjelaskan bahwa metode WSE dirancang untuk pelajar dewasa, dimulai dari umur 17 tahun, termasuk mahasiswa dan karyawan, ditambah dengan unsur komunitas online serta webinar untuk menyeimbangkan pembelajaran dengan aplikasi dalah kehidupan sehari-hari, sehingga dampaknya akan sangat terasa bagi setiap Member.

Terhubung dengan isu pembelajaran, kekhawatiran lain dalam sistem PJJ adalah biaya listrik dan Internet.

Sistem PJJ online memberi kesan sebagai alternatif yang lebih murah—dikarenakan berkurangnya biaya perjalanan dan uang saku—namun biaya sistem pembelajaran ini cepat sekali menumpuk.

Dari sebuah survei oleh Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada Agustus 2020, dari 2.201 responden, 67% orang menyatakan bahwa sistem PJJ termasuk mahal, terutama bagi mereka dengan status sosial ekonomi yang rendah, dengan penggunaan Internet yang tinggi sebagai penyebab utamanya. Koneksi Internet yang stabil juga masih termasuk langka di daerah pedesaan.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan kesehatan adalah masalah yang terjadi dalam sistem PJJ, terutama untuk anak-anak. Infrastruktur yang lebih baik dan akses Internet yang kuat dan stabil di seluruh negeri memungkingkan pembelajaran jarak jauh menjadi bagian permanen dari sistem pendidikan di Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: