Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kurang Ajar! Junta Militer Buru Warga Sipil Penentang Kudeta Sampai ke Rumah-rumah

Kurang Ajar! Junta Militer Buru Warga Sipil Penentang Kudeta Sampai ke Rumah-rumah Para buruh di Myanmar lakukan aksi demonstrasi untuk mendukung demokrasi. | Kredit Foto: Federation of Garment Workers Myanmar

Warga setempat mengaku dirinya mendengar ada puluhan orang yang ditangkap. Menje­lang fajar, atau kemarin, pasukan keamanan mulai mundur dan membiarkan beberapa demonstran kabur dari area tersebut.

Dilansir AFP, ratusan pengun­juk rasa anti Junta Myanmar, akhirnya berhasil bebas dari kepungan tentara di sebuah distrik di Yangon. Pembebasan dilakukan setelah tekanan dari Barat dan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB).

Aktivis Shar Ya Mone yang turut dibebaskan mengatakan, tadinya mereka dikurung di gedung. Dengan sekitar 15 hingga 20 orang lainnya. Mereka tertahan selama beberapa jam hingga akhirnya bisa bebas dan pulang.

“Kami pulang naik tumpangan gratis. Warga menyambut para pengunjuk rasa,” kata Ya Mone, dikutip Reuters.

Pengunjuk rasa lain mem­posting di media sosial, bahwa mereka diperkenankan meninggalkan kawasan itu sekitar pukul lima pagi. Setelah pasukan keamanan mundur. Pembebasan dilakukan setelah Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyerukan pembe­basan para pengujuk rasa dengan aman, tanpa kekerasan. Seruan itu juga dikeluarkan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan Inggris, di Myanmar.

Juru bicara Junta belum merespons terkait pembebasan para pengunjuk rasa. Tapi, teve pemerintah MRTV mengatakan, kesabaran pemerintah telah ha­bis. Dan Pemerintah Myanmar mencoba meminimalkan korban saat menghentikan kerusuhan.

“Warga menginginkan stabili­tas penuh dan menyerukan tinda­kan yang lebih efektif terhadap kerusuhan,” bunyi pernyataan di stasiun teve itu.

Seperti dilansir AFP, kemarin, laporan kantor HAM Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut pasukan keamanan Myanmar memblokir ruas jalan­an pada satu blok area permukiman di San Chaung, Yangon, pada Senin malam (8/3/2021), dengan sekitar 200 demonstran masih ada di dalam area tersebut.

San Chaung yang ramai dengan kafe, bar dan restorannya, telah berubah sejak unjuk rasa meluas, dengan barikade darurat dari bambu, karung pasir, tum­pukan meja dan kawat berduri dipasang para demonstran dalam upaya memperlambat gerak pasukan keamanan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: