Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laporan Intelijen: Rusia Coba Usik Pilpres AS, kalau China...

Laporan Intelijen: Rusia Coba Usik Pilpres AS, kalau China... Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di akhir konferensi pers setelah pertemuan mereka di Istana Kepresidenan di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli 2018. | Kredit Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Warta Ekonomi, Washington -

Intelijen Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa pemerintah Rusia mencoba untuk ikut campur dalam kampanye presiden AS 2020 terhadap Presiden Joe Biden melalui sekutu mantan Presiden Donald Trump dan pemerintahannya.

Penilaian itu dibuat dalam laporan setebal 15 halaman tentang campur tangan pemilu yang diterbitkan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional.

Baca Juga: AS Repot-repot Himpun Aliansi di Asia, Eh China Getol Latihan Perang Mode Tempur

Intelijen AS menemukan upaya lain untuk mempengaruhi pemilih, termasuk "kampanye pengaruh rahasia multi-cabang" oleh Iran yang dimaksudkan untuk melemahkan dukungan Trump. Laporan itu juga menyoroti kontra-narasi yang didorong oleh sekutu Trump bahwa China ikut campur atas nama Biden. Namun, laporan itu menyimpulkan bahwa Beijing "tidak mengerahkan upaya gangguan".

"China mencari stabilitas dalam hubungannya dengan Amerika Serikat dan tidak melihat hasil pemilihan sebagai cukup menguntungkan bagi China untuk mengambil risiko pukulan balik jika tertangkap," kata laporan itu, dilansir Aljazirah, Rabu (17/3/2021).

Para pejabat AS mengatakan, mereka juga melihat upaya Kuba, Venezuela, dan kelompok Hizbullah Lebanon untuk mempengaruhi pemilu. Namun, upaya tersebut secara umum memiliki skala yang lebih kecil daripada Rusia dan Iran.

"Secara umum, kami menilai bahwa skalanya lebih kecil daripada yang dilakukan oleh Rusia dan Iran. Kami menilai bahwa Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mendukung upaya untuk melemahkan mantan Presiden Trump dalam pemilu AS 2020," kata laporan itu.

"Nasrallah mungkin melihat ini sebagai cara berbiaya rendah untuk mengurangi risiko konflik regional sementara Lebanon menghadapi krisis politik, keuangan, dan kesehatan masyarakat," kata dokumen itu.

Laporan itu juga menyebutkan pemerintahan Presiden Venezuela Nicolás Maduro memiliki niat  untuk mempengaruhi opini publik terkait pemilu AS. Laporan itu menambahkan bahwa "tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa rezim Venezuela saat ini atau sebelumnya terlibat dalam upaya untuk mengkompromikan infrastruktur pemilu AS."

Badan intelijen AS dan mantan Penasihat Khusus Robert Mueller sebelumnya menyimpulkan bahwa Rusia juga ikut campur dalam pemilihan AS 2016. Rusia terlibat untuk meningkatkan pencalonan Trump dengan kampanye propaganda yang bertujuan untuk merugikan lawan Demokratnya Hillary Clinton. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: