Meski mendapat penolakan, Lutfi tak mau membatalkan kebijakan tersebut. Dalam keterangan persnya, Jumat lalu, Lutfi menegaskan, kebijakan impor dilakukan untuk menjaga stok. Kata dia, sesuai aturan, Bulog harus memiliki pasokan 1-1,5 juta ton per tahun.
Sementara data terakhir menyebut, sisa stok beras di gudang Bulog tercatat 800 ribu ton. Sebanyak 300 ribu ton di antaranya sudah mengalami penurunan kualitas mutu. Artinya stok Bulog mungkin tidak mencapai 500 ribu.
Masalah lainnya, penyerapan hasil panen petani oleh Bulog masih rendah. Padahal, mestinya Bulog sudah menyerap hasil panen petani mendekati 450-500 ribu ton. Menurut dia, Bulog kesulitan menyerap hasil panen lantaran tingkat kekeringan gabah petani masih di bawah standar.
Terkait penolakan keras dari Komisi IV DPR, Lutfi menanggapinya dengan santai. Dia mengucapkan terima kasih atas masukan itu. Namun, sudah menjadi tugasnya untuk memikirkan yang tidak terpikirkan.
Menurut dia, kalau tidak diperbolehkan impor, maka akan memberikan efek buruk terhadap pasar. Elemen internasional bisa memandang Indonesia tidak punya beras. Hal itu akan menyebabkan harga beras di dunia akan naik.
Karena itu, dia meneken nota kesepahaman (MoU) dengan negara-negara lain untuk memastikan kita punya persediaan yang banyak.
“Dengan itu saya bisa menekan para spekulan jangan macem-macem, saya bisa guyurin pasar di Indonesia dengan stok yang tidak ada di dalam negeri. Ini adalah mekanisme pemerintah yang harus saya pertahankan,” tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman