Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emang Nyelekit Sih Ucapan Zulhas: Capres-Cawapres Kalah Jadi Menteri, Gerindra Pun Ngegas!

Emang Nyelekit Sih Ucapan Zulhas: Capres-Cawapres Kalah Jadi Menteri, Gerindra Pun Ngegas! Kredit Foto: Instagram/Habiburokhman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Umum partai Gerindra Habiburokhman, merespons pernaytaan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan (Zulhas) menyinggung penerapan demokrati yang culas. Bahkan, Zulhas pun menyeret para capres dan cawapres yang kalah kemudian menjadi menteri.

Ia pun menegaskan jika Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menjadi Menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah bangsa. Baca Juga: Anak Buah Prabowo Subianto Terlibat Pencurian Minyak Milik Pertamina, Gerindra: Sibuk, Belum Cek...

"Pak Prabowo dan Pak Sandi masuk ke kabinet jelas menanggalkan ego mereka demi kepentingan yang lebih besar, yakni membantu pemerintah menyelesaikan persoalan-persoalan kebangsaan bangsa. Alhamdulillah kinerja beliau berdua luar biasa baik, setidaknya demikian menurut hasil survei beberapa lembaga survey kredibel," katanya kepada wartawan, Rabu (24/3) kemarin.

Menurutnya, pidato Zulhas tersebut mengenai keprihatinan terhadap pilkada dan pilpres yang culas. "Setelah kami cermati, pernyataan Pak Zulhan itu intinya tentang dua hal, yakni keprihatinan beliau soal model kompetisi pilkada hingga pilpres yang dia anggap culas karena hanya berorientasi kemenangan dan soal keterbelahan masyarakat terkait pilpres 2019. Kami menghormati Pak Zulhas dan memahami maksud baik beliau," katanya. Baca Juga: Istri Edhy Prabowo Belanja Barang-barang Mewah di AS, Lihat Harganya Bikin Pingsan

Karena itu, ia pun menyebut kritikan Zulhas terkait model pilkada dan pilpres yang culas bisa menjadi masukan.

"Kritik beliau soal model pilkada hingga pilpres yang culas, menurut saya, harus kita jadikan masukan bersama. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap perhelatan pemilu ada pihak yang berpikir yang penting menang dahulu, namun ketika menang beneran justru tak tahu apa yang harus dilakukan. Makanya kita harus selalu memberikan edukasi kepada masyarakat agar menjatuhkan pilihan pada calon yang benar-benar berorientasi dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa," tutur dia.

Sementara itu, ia juga menyebut jika partainya sadar dengan keterbelahan, sehingga memerlukan adanya rekonsiliasi.

"Kegundahan beliau soal keterbelahan masyarakat terkait pilpres 2019 juga perlu kita dengar bersama. Gerindra juga sadar bahwa keterbelahan tersebut harus segera kita akhiri dengan mendorong rekonsiliasi dan persatukan kebangsaan. Secara formil kontestasi Pilpres 2019 memang telah berakhir setelah MK memutuskan menolak gugatan Prabowo-Sandi, karenanya tidak ada ruang lagi bagi kita untuk terus berseteru. Sebagai bangsa yang besar kita harus mampu menanggalkan ego masing-masing untuk selanjutnya secara bersama-sama membangun negara ini," jelasnya.

Sebelumnya, Zulhas menyampaikan pidato yang ditayangkan di YouTube Zulkifli Hasan. Dia berbicara mengenai kebijakan ekonomi hingga menyinggung capres dan cawapres yang kalah dalam pilpres lalu menjadi menteri.

"Termasuk cara kita dalam menyelenggarakan demokrasi yang kian meninggalkan semangat musyawarah mufakat sebagaimana diamanatkan sila ke-4 dalam Pancasila. Pilkada 2017, 2018, Pileg dan Pilpres 2019 serta Pilkada serentak 2020 yang telah lalu telah menunjukkan kepada kita karakter demokrasi yang culas dan hanya berpikir menang-menangan," ujar Zulhas.

"Politik elektoral berubah sedemikian rupa menjadi semata ajang untuk memperebutkan kekuasaan belaka, berebut lobi, dan pengaruh dengan agenda berbeda-beda. Tak peduli masyarakat terpolarisasi secara hebat, bahkan muncul benih-benih permusuhan dan kebencian yang ongkos sosial budayanya sangat tinggi," lanjutnya.

"Persaudaraan kebangsaan yang terganggu, setelah pemenang Pilpres diperoleh, pada akhirnya yang kalah bergabung juga dengan penguasa. Capres dan cawapres penantang, keduanya kini menjadi menteri juga, bergabung dengan Presiden yang terpilih. Tidak ada berkuasa dan tidak berkuasa, semua menjadi satu. Sementara konsekuensi terbelahnya masyarakat menjadi kubu-kubu telanjur terjadi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: