Seiring dengan perkembangan bisnisnya, Haji Embay juga aktif dalam berbagai organisasi usaha seperti KADIN Kabupaten Serang. Pelebaran usaha bisnis pun dilakukan dengan masuk dalam perbankan syariah melalui pendirian Bank Syariah Baitul Muawanah. Sejak saat itu, Haji Embay lebih banyak berperan sebagai komisaris beberapa perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan perbankan syariah.
Aktif Berorganisasi
Di luar bisnisnya, pemikiran dan fokusnya pada dunia pendidikan tetap terbersit kuat. Hal itu kemudian ia wujudkan dalam kehidupan sosialnya saat berorganisasi. Salah satunya yang paling menjadi fokusnya yakni saat menjadi menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar (PBMA).
Seiring itu, Embay juga aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan yang lain yang tidak lain sebagai salah satu caranya untuk mengedukasi masyarakat dan memuliakan pendidikan. Beberapa catatan perjalanan berorganisasinya di antaranya Ketua Panitia Persiapan Penerapan Syariat Islam Indonesia Banten (P3SIB), Sekjen Majelis Musyawarah Masyarakat Banten (M3B), Ketua GP Farmasi Provinsi Baten, Ketua Kadin Kabupaten Serang, Komandan Gerakan Anti Komunisme, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Serang, dan Ketua MUI bidang pengembangan ekonomi Islam Provinsi Banten. Sebelumnya pada tahun 1998, Haji Embay pernah menjabat Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Kabupaten Serang.
Perjalanan tak berhenti di situ. Sebagai sosok pembelajar ia kerap kali tampil di belakang layar untuk banyak hal termasuk memiliki peran penting bersama tokoh Banten lain seperti Aminudin Kiai Ibrahim dalam memastikan pembentukan Provinsi Banten pada tahun 1999. Bersama Aminudin Kiai Ibrahim, Haji Embay meminta kepada Presiden BJ Habibie datang ke Pandeglang dan meminta restu untuk pembentukan Provinsi Banten, Pembentukan Universitas negeri di Banten, Pembentukan Kota Cilegon, dan pembentukan kabupaten-kabupaten di Banten Selatan.
Haji Embay menyatakan dukungan politiknya kepada Habibie dengan mengirimkan para jawara dan santri sebagai bagian dari pengamanan Swakarsa manakala ada demonstrasi yang menolak adanya Sidang Istimewa MPR RI pada tahun 1999. Di samping itu, Haji Embay ikut serta dalam membangun kebersamaan umat muslim di Banten dalam menyikapi pembantaian umat muslim di Ambon pada tahun 1999.
Secara politik, Haji Embay menyatakan keberatannya terhadap tindak tanduk dari Haji Chasan dalam melebarkan sayap bisnis dan dukungan politiknya. Haji Embay pun mengakui kalau tindakannya yang berseberangan dengan Haji Chasan telah mengakibatkan adanya ancaman pembunuhan terhadap dirinya. Bahkan penolakannya dalam ikut serta berbagai proyek pemerintahan yang diinisiasi Haji Chasan membuktikan kalau ia tidak ingin memanfaatkan hubungan kedekatan tersebut. Secara eksplisit Haji Embay selalu menyampaikan keresahannya dalam politik uang yang dilakukan oleh politisi dalam mendapatkan kursi di DPRD. Bahkan Haji Embay dijuluki “Jawara Putih” karena ia berada dalam barisan terdepan dari kelompok yang mengontrol pemerintahan di Banten.
Haji Embay memang lebih banyak bekerja politik di belakang layar. Sebab menurutnya, seperti itulah layaknya seorang pemulia pendidikan sejati.
Seperti contoh, ia membantu pemenangan Ahmad Taufik Nuriman sebagai Bupati Serang dalam Pilkada 2005 dan mendukung Taufiequrachman Ruki dalam pemilu DPD pada tahun 2009. Ia secara terang-terangan telah menolak tawaran berbagai partai politik untuk maju sebagai kandidat di pilkada. Namun terakhir, ia tak kuasa menolak tawaran Rano Karno dalam mendampingi beliau di Pilkada Banten 2017.
Saat ini ia tetap aktif sebagai Anggota Majelis Amanah Mathla'ul Anwar (2015-2020) dan terus berkhidmat di organisasi yang telah ia abdi selama bertahun-tahun sebelumnya itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: