Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia menjadi badai besar yang merusak segala sektor khususnya kesehatan dan ekonomi. Akibat pandemi ini, Indonesia mengalami resesi dan pertumbuhan ekonominya terkontraksi -2,07% di tahun 2020. Dan tahun ini pun pandemi Covid-19 belum juga usai.
Namun, jangan khawatir karena di setiap permasalahan dan kesulitan pasti ada jalan keluar dan peluang yang bisa dimanfaatkan. Hal ini seperti dinukilkan dari salah satu ayat Alquran di Surat Al-Insyirah yang menyebutkan bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Jadi inilah yang ditangkap pemerintah dan regulator yakni dengan menggenjot ekonomi dan keuangan digital agar perekonomian Indonesia kembali pulih.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Fitria Irmi Triswati mengungkapkan, selain membuat ekonomi lesu, fenomena Covid-19 juga telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari dimana mereka telah mengadopsi prilaku digital. Ada perubahan fundamental pada prilaku konsumen yakni mengadopsi digitalisasi.
"Transaksi digital, kita menemukan semua itu ada mulai dari bangun pagi di rumah semua sudah tersedia layanan digital, bahkan ketika kita mau ke kantor pun semua sudah tersedia secara digital," ujar Fitria saat Pelatihan Wartawan Ekonomi BI secara virtual di Jakarta, akhir pekan kemarin.
Baca Juga: Perkuat Layanan Digital, BSI Dorong Penerapan QRIS di Rest Area Tol
Patut diakui, memang saat ini masyarakat begitu terbiasa dan dimanjakan dengan layanan digital mulai dari bangun tidur, mereka bisa pesan menu sarapan di aplikasi digital, pergi ke kantor bisa menggunakan ride hailing dari aplikasi digital pula, bahkan bayar makanan di restoran favorit, parkir, tiket pesawat, belanja dan sebagainya bisa dilakukan dengan aplikasi digital.
Oleh sebab itu, lanjut Fitria, akselerasi digital UMKM alias digitalisasi UMKM menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional lantaran 99,9 persen skala usaha di Indonesia adalah UMKM.
Sadar akan hal tersebut, BI pun kini getol meningkatkan penggunaan pembayaran digital dan regulasinya bagi UMKM. Salah satunya dengan membidik 12 juta mercant untuk menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) dalam transaksi pembayaran digitalnya.
Adapun saat ini terdapat 6,553,492 mercant yang menggunakan QRIS di mana sebanyak 85% adalah UMKM. BI juga mencatat pertumbuhan digital payment naik 65% di 2020. Kemudian nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp19,2 triliun, tumbuh 26,42% yoy di Februari 2021. Sementara volume transaksi pembayaran QRIS mencapai 15 juta dengan pertumbuhan hampir 50% dan nilai transaksi QRIS tumbuh 80% menjadi Rp1,11 triliun.
Fitria bilang, untuk mencapai 12 juta mercant QRIS, strategi yang dilakukan bank sentral adalah melalui pendekatan komunitas dari sisi supply (mercant QRIS) dan demand (user QRIS).
"Strategi perluasan kita garap sasaran 9 komunitas. Untuk itu kita punya perpanjangan tangan dengan kantor perwakilan kita di daerah. Pendekatannya pada pemda, lembaga, semua komunitas. di kantor pusat kami juga gandeng Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) dan onboarding user. saat ini sudah 34 provinsi yang gunakan QRIS, 57 PJSP dan terus diperluas," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mengimplementasikan fitur QRIS Customer Presented Mode (CPM), penggunaan QRIS sebagai salah satu metode pembayaran dalam e-commerce, QRIS Transfer Tarik dan Setor (TTS) dan QRIS Cross Border.
Baca Juga: BI Bidik 12 Juta Merchant Gunakan QRIS Hingga Akhir Tahun
Dengan strategi tersebut, dia yakin target 12 merchant QRIS akan tercapai tahun ini, apalagi melihat manfaat QRIS begitu besar bagi pemulihan ekonomi, UMKM dan mendukung penerapan pembatasan sosial oleh pemerintah di masa Pandemi atau tanpa tatap muka. Selain itu, QRIS juga pembayaran digital kekinian yang aman, cepat, nyaman dan efisien
"Untuk mendorong pemulihan ekonomi, pemerintah melakukan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), di sinilah QRIS berbicara mndukung transaksi UMKM tercatat dan mengurangi transmisi penularan virus. Jadi QRIS bisa diaplikasikan tanpa tatap muka karena mudah didistribusikan penjual tinggal kirim QRIS lewat WhatsApp ke pembeli untuk scan," jelasnya.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengapresiasi berbagai program BI apalagi perluasan akseptasi QRIS sangat memudahkan UMKM bertransformasi digital dan menjual produknya secara daring baik melalui media sosial dan e-commerce.
"(penjualan daring) ini salah satu sales channel yang sebelumnya tidak dimanfaatkan. Kalau kami hitung omset penjualan digitalisasi 10-20%. Namun prinsip manusia tetap ingin bersosialisasi tapi dengan sales channel ini mereka bisa bertahan dari pandemi," ucapnya.
Baca Juga: Promosi dan Perluas Pasar UMKM Melalui Digitalisasi
Selain itu, dia juga berharap berbagai stimulus yang diberikan pemerintah untuk UMKM tahun lalu tetap dipertahankan di tahun ini mengingat pandemi Covid-19 masih berlangsung dan belum jelas kapan akan usai.
"Jadi hal-hal yang harus dipertahankan bantuan sosial Rp2,4 juta, POJK Nomor 11 tentang restrukturisasi kredit untuk memberikan nafas dan KUR dipertahankan," tukas Ikhsan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman