Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Vietnam Ambil Giliran, Nyatakan Siap Perang di Laut China Selatan

Vietnam Ambil Giliran, Nyatakan Siap Perang di Laut China Selatan Kredit Foto: Unsplash/Matt W Newman
Warta Ekonomi, Hanoi -

Vietnam menyatakan siap perang untuk mempertahankan wilayah yang diklaimnya di Laut China Selatan. Reaksi Hanoi tersebut muncul ketika China mengerahkan kapal-kapal bersenjata rudal dan Filipina mengerahkan pesawat militer.

Saat kapal-kapal "milisi" penangkap ikan Beijing bergerak ke Kepulauan Spratly dan Manila mengirim pesawat pengintai untuk memantau, Hanoi menugaskan salah satu kapal perangnya melakukan latihan tempur di dekatnya.

Baca Juga: Mendidih! Adang China, AS Kerahkan Kapal Induk Laut China Selatan

Fregat anti-kapal selam modern Quang Trung dan helikopter on-board-nya unjuk kemampuan di depan banyak instalasi militer China.

Vietnam juga mengeklaim kepemilikan historis dari tempat penangkapan ikan strategis tersebut.

"Aktivitas kapal China...sangat melanggar kedaulatan Vietnam", kata Kementerian Luar Negeri Vietnam. Salah satu kapal cutters Coast Guard Hanoi ditambatkan di Whitsun Reef, memantau sekitar 220 gerombolan kapal "milisi" China yang aktif di sana.

"Di Kepulauan Spratly, persiapan pertempuran berada pada tingkat tertinggi," bunyi siaran stasiun Vietnam Television.

Sementara itu, China telah mengerahkan beberapa kapal serangan cepat Type 022 ke wilayah tersebut. Salah satu kapal Angkatan Laut bersenjata rudal ini pada Kamis memaksa kapal carter Filipina yang membawa media menjauh dari daerah yang diperebutkan.

Insiden itu mewakili eskalasi lain dalam militerisasi Kepulauan Spratly.

Penggunaan kapal Angkatan Laut, sebagai lawan dari kapal cutters Coast Guard, mewakili kekuatan militer. Bukan "kepolisian" sipil.

Ini adalah skenario yang mudah berubah.

"Kepura-puraan Beijing tentang hanya menggunakan lambung putih (kapal Coast Guard) untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan sudah berakhir," kata analis keamanan maritim Universitas Nanyang di Singapura, Collin Koh.

“Apa yang terbukti adalah bahwa Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sekarang terlibat dalam patroli aktif bersama (Coast Guard) dan milisi maritim di yang disebut 'perairan di bawah yurisdiksi nasional' yang mencakup 'perairan relevan lainnya'. Itu harus diartikan sebagai perairan yang dikelilingi oleh sembilan garis putus-putus (Beijing)," papar Koh.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: