Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Vietnam Ambil Giliran, Nyatakan Siap Perang di Laut China Selatan

Vietnam Ambil Giliran, Nyatakan Siap Perang di Laut China Selatan Kredit Foto: Unsplash/Matt W Newman

Vietnam dan China pernah berperang singkat pada 1979. Hanoi berhasil memukul mundur invasi ke utara Vietnam. Tetapi China berhasil menguasai sebagian besar Kepulauan Paracel yang berada di antara kedua negara.

Kapal-kapal dari kedua belah pihak secara teratur bentrok di seluruh Laut China Selatan sejak saat itu.

Manila juga memiliki pengalaman "ekspansi yang merayap" di Beijing.

China membangun bangunan di Mischief Reef pada tahun 1994. Empat tahun kemudian, ia mulai mengubah terumbu karang menjadi benteng terumbu buatan, lengkap dengan lapangan terbang, pelabuhan, dan sistem persenjataan.

"Kehadiran terus-menerus milisi maritim China di daerah tersebut mengungkapkan niat mereka untuk menduduki lebih lanjut fitur di Laut Filipina Barat (Laut China Selatan)," kata Menteri Pertahanan Nasional Filipina Delfin Lorenzana.

Kawanan "milisi" Beijing telah menyebar ke terumbu dan fitur lain di Spratley. Tapi sekitar 44 tetap berlabuh di perlindungan Whitsun Reef.

Namun kedatangan kapal Angkatan Laut China di wilayah tersebut telah mendorong Amerika Serikat (AS) untuk mengeluarkan peringatan keras.

"Serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal umum atau pesawat terbang di Pasifik, termasuk di Laut China Selatan, akan memicu kewajiban kami di bawah Perjanjian Pertahanan Bersama AS-Filipina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam konferensi pers, Kamis pekan lalu.

“Kami memiliki keprihatinan yang sama dengan sekutu Filipina kami mengenai laporan pemberitaan milisi maritim RRC (Republik Rakyat China) yang terus berlanjut di dekat Whitsun Reef”.

Tetapi Koh mengatakan penggunaan kapal perang dalam menegakkan klaim Beijing atas Kepulauan Spratly merupakan perubahan langkah yang direncanakan dalam penegasannya.

“Tanggapan berjenjang yang melibatkan Angkatan Laut PLA dalam patroli kedaulatan maritim (Republik Rakyat China) dan perlindungan hak di (Laut China Selatan), ditambah dengan Undang-Undang Coast Guard, membawa konsekuensi serius bagi pihak-pihak Asia Tenggara yang bersangkutan,” katanya.

Hanoi telah mulai meningkatkan pos-pos terdepannya di Kepulauan Spratly, membuatnya lebih tahan terhadap invasi atau blokade dan memperkuat pencegahan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: