Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: AVIC, BUMN Dirgantara Pencipta Chengdu J-20 Kini Konglomerat Dunia

Kisah Perusahaan Raksasa: AVIC, BUMN Dirgantara Pencipta Chengdu J-20 Kini Konglomerat Dunia Kredit Foto: Getty Images/AFP/Wang Zhao
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aviation Industry Corporation of China (AVIC) adalah konglomerat kedirgantaraan dan pertahanan udara milik pemerintah China. Korporasi yang bermarkas di Beijing ini adalah salah satu perusahaan raksasa dunia menurut Fortune Global 500.

Dalam catatan Fortune tahun 2020, badan usaha milik negara China ini menempati peringkat ke-163 dalam daftar tersebut. Kekayaannya tembus 65,90 miliar dolar AS, mengalami kenaikan 0,6 persen dari tahun 2019.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Sempat Naik, Bank of Communications Kini Sedikit Kehilangan Cuannya

Industri dirgantara nasional China sayangnya mengalami kerugian di tahun 2020. Keuntungannya merosot 16,8 persen, sehingga AVIC hanya mendapatkan 578 juta dolar.

Sebagai yang terbesar di kelasnya, AVIC memiliki aset yang dikelola sebesar 144,78 miliar dolar. Total ekuitas sahamnya pun mencapai 27,76 miliar dolar.

Seperti apa perjalanan AVIC sebagai raksasa udara China. Berikut ini artikel ringkas yang disusun oleh Warta Ekonomi pada Selasa (13/4/2021) Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

AVIC berawal dari sebuah lembaga negara yang dibentuk oleh Komite Sentral (CPC Central Committee) pada 1 April 1951 yang dikenal sebagai Aviation Industry Administration Commission.  Seorang bernama Duan Zijun ditunjuk sebagai direktur utama.

Badan pemerintah ini kemudian menciptakan mesin jet pertama bernama WP-5 tahun 1956. Mesin tersebut berhasil menyelesaikan produksi uji coba di Shenyang. 

Dalam perjalanannya, Shanghai Aviation Industry Company dibentuk pada 1982. Shanghai menandatangani kontrak dengan McDonnell-Douglas untuk bersama-sama memproduksi pesawat MD-82 di Shanghai. Pada bulan Maret 1989, kedua belah pihak menandatangani perjanjian lain, kali ini untuk bersama-sama merakit 10 pesawat MD-82/83.

Sementara itu, sesi ke-1 Kongres Rakyat Nasional ke-8 mengesahkan proposal untuk mendirikan China Aviation Industry Corporation, yang memulai transformasi industri penerbangan China menjadi operasi perusahaan.

China Aviation Industry Corporation dibagi menjadi dua entitas terpisah, Perusahaan Industri Penerbangan China I dan Perusahaan Industri Penerbangan China II pada tahun 1999. Keduanya mempertahankan kemampuan produksi pesawat sipil dan militer, bersama dengan sejumlah usaha bisnis yang tidak terkait. Perpecahan itu dimaksudkan untuk mendorong daya saing di industri dirgantara China.

Pada tahun 2008, AVIC I dan AVIC II resmi bergabung kembali. Pemisahan sebelumnya mengakibatkan sumber daya terpecah dan menyebabkan proyek-proyek yang mubazir. Tujuan dari merger ini adalah untuk menghilangkan redundansi dan pengejaran spin off yang tidak terkait dengan kedirgantaraan, seperti manufaktur sepeda motor dan suku cadang mobil.

Sejumlah kontroversi sempat menghampiri AVIC The Wall Street Journal melaporkan pada April 2009, bahwa mata-mata komputer, yang diduga China, "telah menembus database program Joint Strike Fighter dan memperoleh terabyte informasi rahasia tentang pesawat tempur tersebut, kemungkinan membahayakan keefektifannya di masa depan." AVIC diduga "menggabungkan pengetahuan yang dicuri ke dalam pesawat tempur Chengdu J-20 dan Shenyang FC-31 China."

Segmen-segmen bisnis AVIC meliputi manufaktur transportasi udara, penerbangan umum, helikopter, sistem pesawat terbang, kapal dan mobil.

Pada akhir tahun 2009, AVIC memiliki hampir 200 anak perusahaan (cabang) dan lebih dari 20 perusahaan yang terdaftar. Itu memiliki sekitar 400.000 anggota staf dengan total aset 393,18 miliar yuan, dan pendapatan operasional 170,872 miliar yuan pada tahun 2009.

Pada tahun yang sama, Grup mengajukan permohonan untuk pertama kalinya untuk Fortune Global 500 dan berhasil. Ini menjadi perusahaan manufaktur penerbangan pertama dan perusahaan militer pertama China yang masuk dalam Fortune Global 500.

Pada tahun 2015, AVIC bekerja sama dengan mitranya, BHR Partners, dalam mengakuisisi pemasok otomotif AS Henniges, melalui struktur usaha patungan.  Henniges menyebut kesepakatan itu sebagai "salah satu akuisisi terbesar oleh sebuah perusahaan China dari sebuah perusahaan manufaktur otomotif yang berbasis di AS dalam sejarah." 

Grup ini menduduki peringkat ke-330 dari Fortune Global 500 pada tahun 2010 dan peringkat ke-426 pada tahun sebelumnya.

Pada November 2020, Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang perusahaan atau individu Amerika memiliki saham di perusahaan yang telah terdaftar oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat sebagai memiliki tautan ke Tentara Pembebasan Rakyat, termasuk AVIC.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: