Bos Maskapai Virgin dan Deretan Miliarder Ini Gaungkan Kampanye Hapus Hukuman Mati!
Keterlibatan begitu banyak pemimpin bisnis terkemuka dalam kampanye tersebut menunjukkan kesediaan yang meningkat untuk berbicara tentang masalah ketidaksetaraan, bahaya mengeksekusi orang yang tidak bersalah, dan perlunya tanggung jawab fiskal.
"Kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah hukuman mati memiliki tujuan yang nyata bagi kita sebagai manusia yang peduli?" ujar Gayle dalam sebuah pernyataan.
Gayle mencatat bagaimana rasanya lebih mendesak untuk memusatkan perhatian pada kematian yang dapat dicegah setelah pandemi COVID-19.
Cohen dan Greenfield ingin memastikan mereka memainkan peran mereka juga. Mereka mengatakan kepada Insider: "Kami memiliki beberapa suara paling keras di dunia dan kami memiliki tanggung jawab untuk menggunakannya untuk melawan ketidakadilan di mana pun kami melihatnya."
Bisnis perlu melakukan lebih dari sekadar mengatakan Black Lives Matter, "Kita perlu menjalankan apa yang kita bicarakan dan membantu meruntuhkan simbol rasisme struktural."
Jason Flom, kepala eksekutif perusahaan multimedia Lava Media, juga terlibat dalam kampanye tersebut.
"Tujuan termasuk mengubah hati dan pikiran di masyarakat umum, serta mendidik generasi jaksa, hakim, pengacara pembela, dan calon juri berikutnya." ujarnya.
Ada 56 negara yang masih mempertahankan undang-undang hukuman mati pada 2019, menurut Amnesty International. Sejak 2013, 33 negara telah melakukan setidaknya satu eksekusi, menurut laporan BBC. Lebih dari 170 negara anggota PBB, dari 194 negara, telah menghapus hukuman mati dalam undang-undang atau mendeklarasikan moratorium.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: