Dato Sri Tahir Ungkap Infrastruktur Jadi Fondasi Jangka Panjang Bagi Indonesia
Bagi Tahir, salah jika kita melihat asing itu jahat. Karena pada era globalisasi saat ini sudah tidak ada lagi batas negara. Terlebih dengan hebatnya dunia informasi. Semua negara saling bersaing untuk mendapatkan investasi.
Lebih lanjut, Tahir mengungkap bahwa Indonesia tidak seharusnya memberikan 'buruh' murah, tetapi harusnya 'buruh' yang berkualitas tinggi dan bisa dibayar selayaknya. Melalui Tahir Foundation, Tahir memberikan pelatihan kepada 5.000 tenaga kerja wanita agar tidak lagi menjadi pembantu rumah tangga, tetapi bisa bekerja di hotel, mall hingga perawat di luar negeri.
Tahir juga menaruh fokusnya pada pemerintah yang telah memberikan 16 paket stimulus ekonomi. Namun, keefektivannya kurang dirasakan. Bukan karena rencananya yang buruk, tetapi karena pelaksanaannya yang kurang maksimal.
Industri 4.0 belum tentu cocok bagi Indonesia. Bahkan, negara yang baru mampu mencapai 3.8 baru Jerman yang melangkah ke ranah robotik. Memang, Tahir yakin bahwa Indonesia memerlukan teknologi yang tinggi, tetapi lebih penting lagi untuk menampung 2,8 juta pekerja milenial.
Lalu, Tahir mengungkap bahwa ekspor kelapa sawit telah menjadi industri non-migas yang moncer dan terbesar di Indonesia. Maka perlu diperdayakan lahan-lahan yang terlantar dan bisa digunakan untuk dibangun kembali kelapa sawit. Karena itu, pemerintah harus fokus pada bisnis ekspor.
Lain halnya dengan batu bara yang mulai anjlok karena dampak terhadap lingkungannya yang besar. Bahkan, di China, tambang-tambang batu bara sudah ditutup karena membuat polusi di mana-mana. Padahal, sektor tambang di Indonesia sangat kaya, seperti nikel, tambang, minyak bumi dan batu bara sendiri. Pemerintah telat mengantisipasi anjloknya harga-harga tambang ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: