Untuk meningkatkan akses penduduk pedesaan terhadap fasilitas air minum dan sanitasi, pemerintah membuat Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Program yang sudah dimulai sejak tahun 2008 ini memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan maupun laki-laki untuk pengelolaaannya.
Kesempatan untuk bisa berperan aktif dalam kegiatan program ini sangat disambut baik oleh masyarakat perempuan. Salah satunya Yuyun Yuningsih, Sekretaris Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi - KPSPAMS ‘Banjar Wijaya’ Desa Putat, Kab. Cirebon, Jawa Barat, yang merupakan Desa Pamsimas Tahun 2018.
Sebelum adanya program Pamsimas, masyarakat di desa ini sangat sulit untuk mendapatkan pasokan air yang layak minum, lebih-lebih saat musim kemarau. Masyarakat selalu antri dan harus berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih.
Kondisi ini kemudian memotivasi Yuyun untuk membantu masyarakat Desa Putat agar bisa mendapatkan pelayanan air minum dengan mudah.
Dia pun berusaha untuk mengajak masyarakat di sana untuk menjalankan program Pamsimas. Dia mendekati kaum perempuan di desa itu dengan sering hadir dalam pengajian, kegiatan Posyandu, dan kegiatan-kegiatan ibu PKK lainnya.
Kesabaran, kegigihan, dan keinginan kuat Yuyun dan para pengurus KPSPAMS untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap program Pamsimas pun membuahkan hasil.
Masyarakat akhirnya mau berpastisipasi dalam seluruh tahapan kegiatan Pamsimas, termasuk membayar iuran. Saat ini, warga masyarakat sudah dapat menikmati air minum di rumah masing-masing dengan cukup memutar kran.
Hal serupa juga ditunjukkan masyarakat perempuan di Desa Yagabur, Kec.Kelila, Kab. Mamberamo Tengah, Papua. Desa ini merupakan penerima dana Hibah Insentif Desa (HID) tahun anggaran 2020.
Para perempuan di desa ini begitu antusias terlibat dalam pembangunan sarana air minum dan sanitasi. Kontribusi perempuan ditunjukkan dengan menyumbangkan tenaga mereka untuk mengumpulkan dan mengangkut material lokal berupa pasir dan batu kali.
Untuk mengumpulkan material lokal tersebut, para perempuan Desa Yagabur harus berjalan sejauh satu kilo meter ke sungai di balik lembah.
Perjalanan yang ditempuh cukup curam dan terjal, mereka harus melewati hutan, dan jalan yang berliku. Namun, para perempuan di desa ini sudah terlatih menempuh jalan terjal tersebut dengan membawa karung plastik serta ‘noken.’
Satuan pelaksana (satlak) Pamsimas mengatur kelompok perempuan terkait penyediaan material lokal tersebut. Setiap perempuan di desa mengumpulkan pasir dan batu kali kemudian mengisinya di dalam karung plastik dan mengangkut material tersebut dengan Noken.
Hal ini adalah bukti kekuatan dan semangat para perempuan Desa Yagabur dalam membangun sarana air minum dan sanitasi di desa mereka.
Partisipasi kaum perempuan dalam membangun fasilitas air minum di desanya juga terlihat di Desa Huta Dame Kecamatan Palipi, Kab. Samosir, Sumatera Utara. Kaum perempuan di desa ini bergotong-royong mengangkut bahan material sebagai bentuk swadaya.
Kini sarana air minum telah terbangun di desa mereka. Masyarakat sudah tidak kesusahan lagi untuk memenuhi kebutuhan air minum untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Keterlibatan kaum perempuan di desa ini berawal dari pelaksanaan Sosialisasi Kabupaten (Soskab) dan Sosialisasi Desa (Sosdes) tentang Program Pamsimas III yang dihadiri oleh aparat desa.
Setiap tahapan kegiatan dan pertemuan untuk mewujudkan sistem penyediaan air minum pedesaan melalui Pamsimas di Desa Huta Dame, selalu diikuti dengan penuh antusias oleh segenap warga desa, termasuk kaum perempuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat