Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KRI Nanggala 402 Tenggelam, Pengamat Militer: Evaluasi Alutsista Penting!

KRI Nanggala 402 Tenggelam, Pengamat Militer: Evaluasi Alutsista Penting! Kredit Foto: Facebook/Pusat Penerangan TNI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Militer, Susaningtyas Kertopati, menyatakan bahwa tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402 merupakan kecelakaan kapal selam pertama di Indonesia. TNI resmi menyatakan KRI Nanggala 402 tenggelam (subsunk) setelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak (submiss). Kapal selam TNI AL itu tenggelam di kedalaman 850 meter di perairan Bali utara.

Menurut Susaningtyas, lost contact KRI Nanggala-402 sebenarnya masih ada peluang untuk melakukan Combat SAR. Kemampuan menyelam normal pada ambang batas kedalaman operasional adalah 48 jam ditambah cadangan darurat untuk 24 jam sehingga total 72 jam.

Baca Juga: Unggahan Komandan KRI Nanggala 402: Jika Anda Temukan Ini di Berita, Doakan Kami!

"Menurut kemampuan tersebut, kesempatan masih terbuka melakukan operasi Combat SAR sampai dengan 58-60 jam ke depan. Kesempatan ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan mengundang Angkatan Laut negara lain untuk melaksanakan misi kemanusiaan tersebut," ujarnya saat dihubungi, Minggu (25/4/2021).

"Kita ketahui tidak banyak Angkatan Laut yang memiliki kapal tender kapal selam untuk operasi salvage dan/atau combat SAR. Yang penting saat ini TNI AL dapat segera menyelenggarakan konferensi pers untuk mengundang bantuan internasional," sambung perempuan yang akrab disapa Nuning itu.

Lebih lanjut Nuning menilai, kejadian tenggelamnya KRI Nanggala ini harus menjadi peluit peringatan agar pemerintah mengevaluasi alutsista yang dimiliki, termasuk sistem perawatan (MRO)-nya, berikut juga kebijakan anggaran pertahanan serta penerapannya.

Di sisi lain, mantan Anggota Komisi I DPR RI itu menganggap, evaluasi lembaga pendidikan TNI juga harus dilakukan agar para perwira mendapat kesempatan menperoleh ilmu pengetahuan terkait teknologi alutsista yang mumpuni.

"Scholar Warrior (perwira/prajurit akademik) harus makin banyak di TNI. Komandan KRI Nanggala Letkol TNI (laut) Heri Oktavian lulusan NTU Singapore dan Sesko-nya di Jerman. Sedih sekali harus jadi anumerta di usia muda. Evaluasi Alutsista penting agar tak makin banyak putra terbaik bangsa menjadi anumerta pada usia muda," ungkap Nuning.

Ia melihat seharusnya Perkiraan Keadaan (Kirka) Kapal Selam Nanggala-402 sebelum berangkat harus digunakan pertimbangan berangkat atau tidak. "Persiapan latihan perang harus matang dulu persiapan memakan waktu 2 bulan, lah ini hanya seminggu kan tidak paripurna. Persiapan latihan perang mencakup alutsista, kesiapan pengawak alutsista dan lain-lain," kata Nuning.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: