Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kematian di India Mengerikan, Miliarder Ini Desak Pemerintah Lakukan Lockdown Terkuat

Kematian di India Mengerikan, Miliarder Ini Desak Pemerintah Lakukan Lockdown Terkuat Uday Kotak, bankir terkaya di India. | Kredit Foto: IndiaTimes
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meskipun upaya bantuan internasional meningkat, gelombang kedua infeksi Covid-19 di India juga kian mengganas. Rekor tertinggi baru untuk kematian harian memicu protes dari pengusaha hingga pejabat publik. Salah satunya miliarder India Uday Kotak yang mendesak peningkatan tindakan penguncian di India dan mendesak langkah-langkah nasional terkuat, termasuk membatasi aktivitas ekonomi, untuk mengurangi penderitaan.

Untuk diketahui, Uday Kotak adalah seorang bankir terkaya dan ternama di India. Ia adalah wakil ketua eksekutif dan direktur pelaksana Kotak Mahindra Bank.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India melaporkan 3.689 kematian baru Covid-19 pada hari Minggu, menandai jumlah kematian harian terbesar di negara itu dan menjadikan jumlah total kematian Covid-19 di negara itu menjadi lebih dari 215.000.

Baca Juga: Perusahaan Milik Miliarder Warren Buffett Sulap Rugi Jadi Untung, Ini Rahasianya!

Dilansir dari Forbes di Jakarta, Senin (3/5/21) India telah melaporkan 392.488 kasus baru pada hari Minggu, turun dari rekor tertinggi 401.993 yang dilaporkan Sabtu, tetapi masih menjadi rekor harian tertinggi kedua untuk negara mana pun di seluruh dunia.

Sementara itu, tingkat kematian dan infeksi India terus melebihi tingkat vaksinasi. Baru sekitar 157 juta vaksin telah diberikan di negara itu, naik hanya 1,2% pada hari Minggu, dan meskipun India menjadi produsen vaksin terkemuka di dunia, hanya 2% dari populasinya yang memiliki telah diinokulasi sepenuhnya karena harga vaksin yang tinggi dan populasi miskin yang besar.

Selama kira-kira dua minggu, gelombang kedua pandemi telah meningkat di India hingga membuat rumah sakit kewalahan, menguras pasokan vaksin negara itu dan menjadikan negara itu hotspot Covid-19 terbesar di dunia.

Banyak yang menyalahkan partai yang berkuasa di India atas wabah itu, mengatakan Perdana Menteri Narendra Modi berkampanye secara agresif untuk pemilihan negara, sementara gagal menerapkan langkah-langkah untuk membantu mencegah wabah pandemi.

Sejauh ini, hanya enam dari 29 negara bagian India yang telah memberlakukan beberapa bentuk penguncian Covid-19 selama gelombang baru infeksi.

Menurut laporan Minggu pagi oleh Reuters, pejabat India mengabaikan forum penasihat ilmiah pada awal Maret saat memperingatkan varian Covid-19 yang lebih menular dengan cepat menyebar. Meskipun ada seruan untuk peningkatan tindakan penguncian, para pejabat malah mengadakan demonstrasi politik besar-besaran yang dihadiri oleh jutaan orang tanpa topeng menjelang pemilihan.

Kepala Staf Gedung Putih Ron Klain mengatakan AS sedang mendesak bantuan ke India, termasuk terapi, ventilator, peralatan pelindung pribadi, dan tes diagnostik cepat. AS juga ingin mengirimkan sebagian dari vaksin AstraZeneca yang sudah mereka beli.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: