Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Malu-malu Akui Kerja Sama, Taiwan dan Jepang Bareng-bareng Lacak Kapal China

Malu-malu Akui Kerja Sama, Taiwan dan Jepang Bareng-bareng Lacak Kapal China Kredit Foto: AP Photo
Warta Ekonomi, Taipei -

Pejabat pertahanan senior Taiwan malu-malu mengakui kolaborasi militer negara itu dengan Jepang ketika ditanyai tentang citra satelit yang menunjukkan operasi pengawasan bersama terhadap kapal perang China di Laut China Timur.

Pada hari Sabtu, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kapal fregat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Binzhou telah melewati Selat Miyako ke Pasifik Barat sehari sebelumnya.

Baca Juga: Geger Seorang Pria Seberangi Laut Pakai Perahu Karet, Taiwan Respons Bingung: Kamu Akan Hubungi...

Angkatan Laut Jepang kemudian mengerahkan kapal perusak kelas Abukuma dan dua pesawat patroli maritim saat satu kapal perang China melakukan perjalanan ke utara melalui perairan sempit antara Taiwan dan Yonaguni, pulau berpenghuni paling barat Jepang, yang terletak kurang dari 70 mil dari timur pantai Taiwan.

Bagaimanapun, citra satelit tertanggal 1 Mei, mengungkapkan rincian tambahan yang tidak ada dalam pengumuman Kementerian Pertahanan Jepang. Sebuah kapal perang Taiwan juga berada di wilayah sekitar, tampaknya juga tengah memantau Binzhou saat kembali ke Laut China Timur.

Dalam bingkai yang sama, kapal perusak kelas Kee Lung Angkatan Laut Taiwan terlihat berlayar sekitar 6 mil di sebelah barat kapal perang China dan Jepang. Apple Daily Taipei menggambarkannya sebagai operasi pengawasan bersama pertama antara Taiwan dan Jepang.

Pejabat pertahanan Taiwan, bagaimanapun, tidak menguatkan pandangan surat kabar tersebut bahwa Taipei dan Tokyo telah berkolaborasi selama akhir pekan.

Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan kepada wartawan bahwa Taiwan bekerja sama dengan sejumlah pihak yang bersahabat tetapi mengatakan dia tidak dapat mengungkapkan informasi tentang departemen tertentu.

Menteri Pertahanan Chiu mengatakan Taiwan mengirim kapal dan pesawat untuk memantau aset PLA yang beroperasi di wilayah yang ditentukan.

"Ini bukan tentang kerja sama khusus dengan negara mana pun. Itu tidak pantas [untuk diungkapkan]," kata Chiu kepada wartawan.

"Mengenai pertahanan negara, kami akan memantau kapan pun dibutuhkan," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (4/5/2021).

Dalam laporan baru-baru ini yang dikirim ke anggota parlemen Taiwan, Kementerian Pertahanan mengatakan pihaknya berbagi informasi intelijen dengan Institut Amerika di Taiwan (AIT) — kedutaan de facto Amerika Serikat (AS) di Taipei — mengenai pergerakan angkatan laut China di Pasifik Barat dan di Laut China Selatan.

Ditanya apakah kementerian telah membagikan laporan operasi hari Sabtu dengan AIT, Chiu mengatakan dia "tidak bebas" untuk menyebutkan departemen tertentu.

Sedangkan Wakilnya, Chang Che-ping, memberikan tanggapan serupa ketika ditanyai oleh anggota parlemen di sidang komite pertahanan. Dia tidak memberikan komentar atas laporan yang mengandaikan kerja sama antara pasukan Taiwan dan Jepang.

Chang membenarkan bahwa Taiwan telah menugaskan kapal perusak kelas Kee Lung untuk membayangi Binzhou, yang krunya kemungkinan besar sedang dalam misi pelatihan dan pengumpulan intelijen. Chang mengatakan kapal itu tidak menimbulkan ancaman serius bagi keamanan Taiwan.

Kemunculan kapal perang PLA di Pasifik Barat pada hari Jumat bertepatan dengan militer China menerbangkan lima pesawat ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Menurut Kementerian Pertahanan Taipei, sebuah pesawat perang anti-kapal selam Y-8 China melintasi Selat Bashi, selatan pulau, sebelum berbalik.

Lu Li-shih, instruktur Akademi Angkatan Laut Taiwan di kota pelabuhan selatan Kaohsiung, mengatakan pesawat perang itu kemungkinan terhubung dengan Binzhou untuk latihan anti-kapal selam.

Seperti Selat Miyako, Selat Bashi berfungsi sebagai salah satu dari sedikit perairan internasional yang dapat digunakan angkatan laut China untuk keluar dari rantai pulau pertama. Signifikansi strategis tambahannya di muara Laut China Selatan sering dikutip sebagai alasan di balik peningkatan aktivitas pesawat tempur PLA di sudut barat daya zona pertahanan udara Taiwan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: