Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Debat Terbuka DK PBB Bahas Palestina Berakhir Gak Jelas! Rusia, China, hingga Prancis Geleng-geleng

Debat Terbuka DK PBB Bahas Palestina Berakhir Gak Jelas! Rusia, China, hingga Prancis Geleng-geleng Kredit Foto: Xinhua/Wei Xiang
Warta Ekonomi, New York -

Debat terbuka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) tentang konflik antara Israel dan Palestina, menyusul serangan di Gaza baru-baru ini, berakhir tanpa hasil yang konkret.

Pertemuan virtual pada Minggu (16/5/2021) yang diikuti oleh pejabat Israel dan Palestina itu, diinisiasi oleh China, Norwegia, dan Tunisia.

Baca Juga: Ramalan Sebut Umur Israel Tak Lebih dari 20 Tahun, CIA Bawa-bawa Disintegrasi Uni Soviet

Dalam pidatonya, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menggambarkan serangan Israel di wilayah pendudukan Palestina sebagai "kejahatan perang" dan mendesak DK PBB menjatuhkan sanksi dan embargo senjata di Tel Aviv.

"Israel adalah pencuri bersenjata yang telah memasuki rumah kami dan meneror keluarga kami, mereka menghancurkan rumah kami, menindas rakyat kami, generasi demi generasi," kata Maliki, dikutip kantor berita Anadolu.

Sebaliknya, Perwakilan Tetap Israel untuk PBB, Gilad Erdan menyalahkan Hamas atas kekerasan itu dan menuduh kelompok itu "melakukan serangan terornya". "Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk membela rakyat kami," kata Erdan, menyerukan Dewan untuk mengutuk Hamas.

Dalam pidatonya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Israel dan Palestina mengakhiri "siklus pertumpahan darah, teror, dan kehancuran yang tidak masuk akal" dan kembali ke negosiasi untuk solusi dua negara atas konflik tersebut.

"Permusuhan saat ini benar-benar mengerikan. Putaran kekerasan terakhir ini hanya melanggengkan siklus kematian, kehancuran, dan keputusasaan, dan mendorong lebih jauh ke cakrawala harapan untuk hidup berdampingan dan perdamaian," kata Guterres.

Dalam pidatonya, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield menegaskan kembali seruan kepada semua pihak untuk memastikan perlindungan warga sipil, dan untuk menghormati hukum humaniter internasional.

"Siklus kekerasan saat ini harus diakhiri. Amerika Serikat telah bekerja tanpa lelah melalui saluran diplomatik untuk mencoba mengakhiri konflik ini," kata dia.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi meminta AS "menyesuaikan" posisinya atas ketegangan Israel-Palestina. Dia mengatakan karena terhalang oleh AS, DK PBB belum dapat berbicara dengan satu suara tentang Palestina.

"Kami meminta AS memikul tanggung jawabnya, menyesuaikan posisi," kata diplomat China itu.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Vershinin angkat bicara, menyoroti perlunya segera mengakhiri konfrontasi.

"Kami yakin, penting untuk segera mengadakan pertemuan kuartet mediator internasional Timur Tengah di tingkat menteri," kata Vershinin.

Dia juga mengatakan, Rusia menganggap upaya mengubah karakter geografis, demografis, dan sejarah serta status Yerusalem Timur menjadi batal demi hukum.

Sedangkan Perwakilan Tetap Inggris untuk PBB, Barbara Woodward mengatakan, kekerasan yang sedang berlangsung di seluruh Israel dan wilayah Palestina yang diduduki sangat memprihatinkan dan harus dihentikan.

"Saya mengulangi seruan perdana menteri saya, kedua belah pihak mundur dan menahan diri. Siklus kekerasan ini harus diakhiri," kata Woodward.

"Inggris tetap berkomitmen pada solusi dua negara sebagai cara terbaik untuk secara permanen mengakhiri pendudukan dan membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan itu," kata dia, menambahkan.

Wakil Prancis, Nicolas de Riviere mendesak DK segera bertindak untuk menghentikan kekerasan di Palestina dan Israel.

"Dewan ini harus bersatu meluncurkan seruan dengan suara bulat agar segera menghentikan permusuhan. Ini adalah satu-satunya prioritas hari ini. Dan itu adalah tanggung jawab bersama kita," kata de Riviere.

"Solusi sebenarnya adalah membawa Israel menghentikan kebijakan pemukimannya di wilayah Palestina," kata utusan Prancis itu. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: