Menggali Munculnya Kelompok-kelompok di Palestina, Dari Hamas hingga PLO
Hamas
Hegemoni Fatah di PLO mulai disaingi Hamas. Inilah fase ketiga sekaligus yang paling terkini dari dinamika pergerakan nasional Palestina. Momentum kemun culannya berkaitan dengan Intifada Pertama pada 1987. Sosok utama yang menginisiasinya adalah Syekh Ahmad Yasin (1929- 2004), ulama kharismatik yang berperan dari atas kursi roda.
Berlainan dari al-Harakiyyin atau Fatah, Hamas menegaskan, Islam sebagai ideologi politik. Ciri lainnya, organisasi ini dirintis dan kemudian dikembangkan di dalam negeri Palestina. Maszlee Malik dalam bukunya, Hamas: daripada Underground kepada Parti Pemerintah, menerangkan penyebab kemunculan Hamas pada 1987 bukan kekecewaan terhadap Fatah ataupun manuver Partai Likud Israel.
Cikal bakal gerakan Hamas sudah mewujud jauh sebelum Intifada Pertama. Sebagai gambaran, nama divisi militer Hamas, Brigade Izzuddin Al Qassam, diambil dari Syekh Izz Ad Din Al Qassam (1882-1935). Dia merupakan seorang pemimpin Palestina yang menolak migrasi besar-besaran etnis Yahudi ke tanah airnya periode 1917-1948.
Munculnya Hamas lebih dilatari keterlibatan Ikhwanul Muslimin (IM/al-Ikhwan). Gerakan yang bermula di Mesir pada 1928 itu sesungguhnya telah memerangi invasi Zionis di Palestina sedari mula. Namun, kontribusinya sempat meredup ketika Nasser menguasai Mesir dan menindas aktivis-aktivis Islam setempat.
Perang Arab-Israel 1967 menggencarkan lagi aktivitas mereka di Palestina. Kaderisasi dipusatkan di masjid-masjid atau rumah-rumah penduduk. Pembangunan pun bertumbuh pesat. Malik mencon ohkan, pada 1979 saja, terdapat lebih dari 750 unit masjid di Gaza dan Tepi Barat sebagai upaya IM.
Tidak lama setelah meletusnya Intifada Pertama, ketua IM cabang Gaza, Syekh Ahmad Yasin, bersama dengan rekannya, antara lain Abdul Aziz al-Rantissi, mendirikan Hamas. Kemerdekaan Palestina 100 persen menjadi tujuannya. Mereka menghendaki pemulihan wilayah negara itu sebagaimana adanya sejak 1948. Artinya, eksistensi Israel dianggapnya ilegal.
Hingga 2017, hal itulah yang terutama membedakannya dari Fatah. Di samping kemiliteran, Hamas juga memiliki divisidivisi yang terkait infrastruktur publik, semisal rumah sakit, sekolah, panti asuhan, masjid, atau dapur umum. Dia juga menunjang kebutuhan rutin keluarga Palestina yang anggotanya ditahan di penjara-penjara Israel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto