Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Viral Telur dalam Telur, Bisakah? Ini Kata Pakar IPB University

Viral Telur dalam Telur, Bisakah? Ini Kata Pakar IPB University Penjual menunjukkan telur di pasar tradisional di Jakarta, Senin (3/5/2021). Harga telur ayam di pasar tradisional wilayah Jabodetabek dan Bandung mengalami kenaikan pada Ramadan 2021 yakni antara Rp24.500-Rp25.500 per kilogram. | Kredit Foto: Antara/Reno Esni
Warta Ekonomi, Jakarta -

Prof Dr Niken Ulupi, Guru Besar IPB University dari Fakultas Peternakan, mengulas secara ilmiah tentang konten ada telur dalam telur yang belakangan viral di aplikasi Tiktok. Menurut Prof Niken, telur di dalam telur bisa terjadi.

Secara keilmuan, kejadian ada telur dalam telur dinamakan double yolk. Kejadian ini merupakan ketidaknormalan proses pembentukan sebutir telur karena ada dua ovum (sel telur) yang terovulasi secara bersamaan atau hampir bersamaan.

Baca Juga: Pakar Genetika IPB University Ingatkan Agar Berhati-hati Soal Fenomena Penularan Covid-19 ke Hewan

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa secara normal, hanya satu ovum terovulasi. Ovum tersebut kemudian diproses di dalam saluran reproduksi unggas (oviduct) yang terdiri dari beberapa bagian. Selanjutnya, ovum yang terovulasi ini mendapat tambahan putih telur kental/albumen (di dalam magnum), mendapat tambahan cairan garam-garam mineral dan selaput telur (di dalam isthmus), serta mendapat tambahan kerabang/cangkang (di dalam shell gland/uterus). Maka, terbentuklah sebutir telur utuh yang kemudian dikeluarkan dari tubuh induk unggas.

Rangkaian seluruh proses pembentukan sebutir telur tersebut, dimulai dari ovum diovulasikan sampai terbentuk telur utuh dan dikeluarkan dari tubuh unggas, berlangsung dalam waktu 24-25 jam. Setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, sekitar 15-40 menit kemudian, terjadi ovulasi ovum berikutnya.

"Yang menyebabkan proses pembentukkan telur tidak normal sehingga terjadi kasus double yolk adalah faktor genetik dan faktor manajemen (yang membuat unggas petelur panik dan stres) sehingga gerakan peristaltik saluran reproduksinya tidak normal," jelas dosen IPB University dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan ini dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (24/5/2021).

Ia menuturkan, kasus double yolk ini bermacam-macam. Ada kondisi dua ovum terovulasi secara bersamaan yang menyebabkan di dalam satu butir telur ditemukan dua kuning telur yang posisinya persis berdempetan.

Selain itu, ada dua ovum yang terovulasi pada waktu yang hampir bersamaan, kejadian ini bisa ditemukan dalam satu butir telur yang posisi kedua kuning telurnya tidak berdempetan, melainkan sudah ada batas putih telur. Bisa jadi posisi kedua kuning tersebut selain dibatasi putih telur juga sudah ada batas selaput telur bahkan kerabang telur, meskipun kerabang tersebut belum terlalu tebal dan keras.

"Telur double yolk ini aman dikonsumsi selama dihasilkan oleh induk unggas yang sehat dan disimpan dalam tempat bersih sehingga meminimalkan telur tersebut terpapar mikroba patogen serta dimasak secara matang. Semua unggas, ayam misalnya, berpeluang menghasilkan telur double yolk. Frekuensinya yang berbeda, tergantung faktor genetik dan manajemen pemeliharaannya," jelasnya.

Meskipun aman dikonsumsi, Prof Niken menekankan agar kejadian double yolk ini harus diminimalkan, terutama pada unggas pembibit, karena telur tersebut tidak bisa ditetaskan. Oleh sebab itu, dalam proses penetasan ada seleksi telur tetas, salah satunya adalah seleksi bobot telur (55-65 gram/butir). Karena pada bobot di atas 65 gram/butir dikhawatirkan telur tersebut double yolk.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: