Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Etnis Tutsi di Rwanda, Prancis Minta Maaf dan Akui Lakukan Genosida

Soal Etnis Tutsi di Rwanda, Prancis Minta Maaf dan Akui Lakukan Genosida Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan sambutan saat berkunjung ke Phoneton 2020, sebuah acara penggalangan dana tahunan yang diselenggarakan oleh Hayastan All-Armenian Fund wilayah Prancis (Fonds Armenien de France) untuk pembangunan Armenia dan Artsakh, di Paris, Prancis, Sabtu (21/11/2020). | Kredit Foto: Antara/Ludovic Marin/Pool via REUTERS
Warta Ekonomi, Paris -

Prancis mengakui punya peran dan tanggung jawab politik dalam genosida etnis Tutsi di Rwanda pada 1994. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui dan meminta maaf.

Dalam kunjungannya ke Kigali pada Kamis (27/5/2021), Macron berharap warga Rwanda dapat memaafkan kesalahan Prancis di masa lampau dan memulihkan hubungan kedua negara.

Baca Juga: Jangan Main-main Lagi, Indonesia Diingatkan Wajib Cegah Genosida di Palestina

"Hanya mereka yang melewati malam-malam itu yang mungkin bisa memaafkan dan dengan melakukan itu memberikan pengampunan," kata Macron di Pusat Peringatan Genosida Kigali di Gisozi di Kigali, Rwanda, Kamis (27/5/2021).

Di kompleks itu, 250 ribu korban genosida dimakamkan. Ada barisan tengkorak disusun dengan nama-nama korban tertulis di dinding hitam. Macron menambahkan bahwa Prancis harus mengakui penderitaan yang menimpa Rwanda.

"Dengan ini saya dengan rendah hati dan dengan hormat berdiri di samping Anda hari ini, saya menyadari sejauh mana tanggung jawab kami," imbuh Macron.

Lawatan Macron ke Rwanda berlangsung setelah laporan panel penyelidikan Prancis pada Maret lalu keluar. Laporan itu menyimpulkan bahwa sikap kolonial telah membutakan para pejabat Prancis di masa itu.

Pemerintah Prancis pun dinilai memikul tanggung jawab serius dan luar biasa karena tidak bisa memprediksi pembantaian yang dipicu perang saudara di Rwanda tersebut.

Meski begitu, dikutip Reuters, laporan itu tidak menyebut bahwa Prancis terlibat langsung pertikaian antara suku Tutsi dan Hutu yang menewaskan lebih dari 800 ribu warga kedua etnis.

"Para pembunuh yang mengintai di rawa-rawa perbukitan, gereja, tidak mewakili Prancis. Prancis bukan lah kaki tangan," kata Macron.

Presiden Rwanda Paul Kagame menyambut baik pidato Macron. "Kata-katanya lebih kuat daripada permintaan maaf," ucap Kagame dalam jumpa pers bersama.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: