Soal Etnis Tutsi di Rwanda, Prancis Minta Maaf dan Akui Lakukan Genosida
Sebelumya Kagame yang berasal dari etnis Tutsi mengatakan, "Rakyat Rwanda mungkin tidak bisa melupakan tetapi memaafkan Prancis atas perannya."
Jalan-jalan di Kigali sepi pada hari Kamis, tanpa ada spanduk atau bendera yang biasanya menyertai kunjungan tingkat tinggi. Pembatasan pertemuan karena Covid-19 tetap berlaku. Tetapi beberapa warga Rwanda mengatakan mereka menyambut baik pidato Macron.
Egide Nkuranga, presiden Ibuka, sasosiasi yang menaungi korban selamat genosida, mengatakan Macron telah menunjukkan komitmen untuk bekerja sama dengan berjanji untuk menangkap pelaku genosida yang ditemukan tinggal di Prancis.
Menteri keuangan Rwanda Uzziel Ndagijimana juga mengatakan, dia menandatangani pinjaman 60 juta euro (Rp 1 triliun) dengan Prancis untuk membiayai akses ke vaksin dan perlindungan sosial.
Macron tiba di negara Afrika Timur itu pada Kamis pagi. Dia adalah pemimpin Prancis pertama sejak 2010 yang mengunjungi Rwanda. Selama genosida, antara 7 April dan 15 Juli 1994, diperkirakan satu juta orang, terutama dari komunitas etnis Tutsi dan Hutu, tewas dalam kurun waktu 100 hari.
Dari Rwanda, Emmanuel Macron melakukan perjalanan ke Afrika Selatan, di mana dia akan bertemu dengan Presiden Cyril Ramaphosa untuk membahas Covid-19 dan krisis regional, termasuk di Mozambik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: