Hubungan Prabowo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga disebutnya berlangsung baik. Bahkan, hubungan tersebut sudah terjadi sebelum Ketua Umum Partai Gerindra itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
Ia mensyukuri, jika elektabilitas Prabowo masih yang tertinggi dalam banyak survei sebagai calon Presiden 2024. Namun, Partai Gerindra dan Prabowo disebut Muzani belum memutuskan hal tersebut. Kendati, mayoritas kader sudah menyampaikan dukungannya kepada Prabowo untuk maju sebagai calon presiden di 2024.
Dukungan tersebut sudah disampaikan lewat dua forum besar partai, yakni rapat pimpinan nasional (Rapimnas) dan kongres luar biasa (KLB). Meski begitu, ia berharap Prabowo segera menyampaikan keputusannya terkait Pilpres 2024 agar Partai Gerindra dapat mempersiapkan strategi pemenangan.
Baca Juga: Gerindra Buka Kartu: Ada Arus Bawah Menghendaki Pak Prabowo Maju Lagi
"Kami berharap Pak Prabowo bisa memberi jawaban kepada kita semua seperti yang kita harapkan, sehingga kita bisa mempersiapkan untuk proses pemenangan beliau," ujar Muzani.
Sementara, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan, PDIP membuka diri berkoalisi dengan Gerindra mengingat keduanya memiliki kesamaan ideologi. "Kami membuka diri pernyataan dari Mas Muzani karena memang melihat bagaimana kedekatan hubungan antara Pak Prabowo dengan Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Hasto, Jumat (28/5).
Selain aspek ideologi, faktor kedekatan kultural, organisasi, basis massa, dan kedekatan aspek strategi untuk memperluas basis massa juga akan menjadi pertimbangan PDIP dalam memilih koalisi. Hasto juga tak ingin mengungkit kembali Perjanjian Batu Tulis antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri pada 2009.
"Tapi kalau prasasti Batu Tulis yang dimaksudkan dalam konteks politik Pak Prabowo-Bu Mega, ya pemilu sudah selesai 2009," ujarnya.
Salah satu isi perjanjian Batu Tulis yang ditandatangani pada 16 Mei 2009, yakni PDIP bakal mendukung Prabowo pada Pilpres 2014. Namun, pada Pilpres 2014, PDIP mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Perjanjian Batu Tulis dibuat setelah PDIP-Gerindra berkoalisi mengusung Megawati-Prabowo di Pilpres 2009. Dalam koalisi tersebut, keduanya kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Megawati-Prabowo meraih 32.548.105 suara atau 26,79 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti