Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biden Bilang Bahas Iran dan Suriah Bareng Putin, Ada Maksud Apa?

Biden Bilang Bahas Iran dan Suriah Bareng Putin, Ada Maksud Apa? Kredit Foto: AFP
Warta Ekonomi, Jenewa -

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan mitranya dari Rusia Vladimir Putin membahas sejumlah masalah selama pertemuan bilateral di Jenewa pada Rabu (16/6/2021). Ini juga termasuk membuka kembali koridor kemanusiaan di Suriah dan memastikan Iran tidak mendapatkan senjata nuklir.

"Ada daftar panjang hal-hal lain yang kami habiskan, dari kebutuhan mendesak untuk melestarikan dan membuka kembali koridor kemanusiaan di Suriah sehingga kami bisa mendapatkan makanan, makanan sederhana, dan kebutuhan dasar hingga orang-orang yang mati kelaparan," kata Biden selama konferensi pers pada hari Rabu setelah pertemuan, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (17/6/2021).

Baca Juga: Apa-apa Saja yang Disepakati Biden dan Putin dalam Pertemuan Puncaknya?

Berbicara pada konferensi pers terpisah setelah pembicaraan pada Rabu, Putin mengatakan dia percaya bahwa dia dan Biden "berbicara dalam bahasa yang sama" meskipun ada perbedaan pendapat yang tajam tentang berbagai masalah.

Dia mengatakan bahwa Biden "sangat konstruktif, seimbang ... dan sangat berpengalaman".

Rusia, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, saat ini memegang hak veto utama ketika Dewan Keamanan PBB akan memberikan suara bulan depan mengenai apakah akan memperpanjang otorisasi untuk penyeberangan perbatasan Bab al-Hawa antara Turki dan Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak. pertolongan terakhir menyeberang ke negara itu.

Sebelum pertemuan hari Rabu, Putin mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NBC News bahwa "bantuan apa pun harus diberikan melalui pemerintah pusat", mengacu pada pemerintah yang dipimpin oleh Assad.

Penyeberangan bantuan melayani hingga empat juta orang di kubu pemberontak terakhir yang tersisa di Suriah. Satu dekade perang saudara di Suriah telah menghancurkan negara itu, menewaskan lebih dari 380.000 orang, membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal, dan membuat perekonomian hancur.

Awal bulan ini, duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengunjungi perbatasan untuk memperingatkan bahwa menutupnya akan membawa "kekejaman yang tidak masuk akal".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: