Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mas Anies Baswedan Anda Bisa Nggak Kerja Serius? Ini Malah Bikin Puisi, yang Nyeletuk...

Mas Anies Baswedan Anda Bisa Nggak Kerja Serius? Ini Malah Bikin Puisi, yang Nyeletuk... Kredit Foto: Facebook/Anies Baswedan

Diketahui sebelumnya, Anies dalam akun Twitternya menuliskan catatan yang mengharukan. 

Baca Juga: Paripurna HUT DKI Jakarta, Anies Kena Sentil Agar Fokus Tangani Ibukota: Cita-cita Nyapres, Tapi...

“Kematian itu tak sekadar angka statistik. Tapi tentang saudara kita, orang-orang yang tadinya masih sehat, masih berkumpul dengan keluarga tercinta. Kini mereka dipisah selamanya. Ingatlah, bahwa setiap angka itu adalah satu kisah duka tak terkira,” tulis Anies.

Adapun tulisan lengkapnya yang diunggah dalam akun Facebooknya.

Baca Juga: Bikin Mupeng! Mark Zuckerberg Memang Panutan, Karyawan Facebook Boleh WFH Selamanya!

Air mata tak berhenti mengalir. Usapan demi usapan tak membuat wajahnya kering. Ia berjongkok di sisi kiri gundukan tanah kuburan yang masih basah. Jenazah suaminya yang berusia 54 tahun baru saja dikuburkan. Ibu itu tak berhenti bertutur atas kehilangannya.

“Dia itu minggu lalu masih sehat-sehat Pak, terus kena covid, terus...” kalimatnya putus, meledak jadi tangis. Anak lelakinya terdiam memegang pundak ibunya. Anak perempuannya jongkok di sisi kanan. Menunduk. Duka mereka, duka kita, tak terkira dalamnya.

Seorang bapak berdiri memandang satu kuburan yang juga masih basah. “Istri saya, Pak. Minggu lalu masih sehat. Cuma sakit perut terus drop, Pak. Kena covid,” begitu katanya. Mata kami bertatapan. Tak perlu kata-kata. Hening dan mata basah itu sudah cukup pesannya. Duka itu tak terkira dalamnya. Baca Juga: Tumben-tumbennya Nih Teddy Gusnaidi Puji Mas Anies Baswedan, Ternyata Oh Ternyata...

Jongkok lama, pundaknya tergoncang- goncang. Saya tunggu di belakangnya. Tak berapa lama ia bangun dan berbalik. “Saya dari Bandung, Pak. Ini Bapak saya. Minggu lalu masih sehat. Sekarang semua hilang, Pak,” jelasnya dalam kalimat yang tersendat-sendat.

Tiga jenazah berderet itu dikuburkan hampir bersamaan. Setelah liang kubur ditutup, keluarga inti diberi waktu berdoa sejenak, lalu harus ke luar area pemakaman. Itulah akhir pengantaran mereka pada keluarganya.

Datangi pemakaman dan lihatlah kenyataan. Kematian itu tak sekadar angka statistik. Tapi tentang saudara kita, orang-orang yang tadinya masih sehat, masih berkumpul dengan keluarga tercinta. Kini mereka dipisah selamanya. Ingatlah, bahwa setiap angka itu adalah satu kisah duka tak terkira.

Hari ini rekor pemakaman selama wabah Covid-19 di DKI: 180 jenazah dikuburkan dengan prosedur Covid-19. Lahan baru di Rorotan ini ukurannya 3 Ha, khusus Covid.

Meskipun luas, tolong jangan sampai dipenuhi. Ya, jangan sampai penuh, jangan diisi jenazah seperti hari ini lagi. Cukup, cukup sudah. Kita tak ingin melihat lebih banyak lagi wajah duka.

Batas usia ada di tangan Allah SWT, tugas manusia adalah ikhtiar. Sama-sama kita hindari kegiatan berpotensi penularan. Kita datangi tempat vaksinasi sebagai ikhtiar keselamatan. Hindari risiko, songsong ikhtiar keselamatan. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: