Pada saat Covid-19, investor milenial meningkat tajam. Tren tersebut harus diimbangi dengan pengetahuan dan pemahaman terkait bursa saham sehingga para calon investor tahu potensi serta risiko berinvestasi saham.
Hal itu diungkapkan Donald Crestofel Lantu ST, MBA, Ph.D, Director of Executive Education SBM ITB & Co-Founder Investor Academy Indonesia dalam acara The First Indonesia Investor Summit 2021 yang diadakan oleh Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan IAI (Investor Academy Indonesia) sebagai bentuk perhatian SBM ITB terhadap edukasi bisnis dan manajemen khususnya investasi.
Baca Juga: Airlangga Ajak OECD Berinvestasi di Proyek Energi Bersih Indonesia
Meski investor milenial bertambah, jumlah keseluruhan invrstor saham di Indonesia masih 2,4 juta orang atau 1% dari total penduduk Indonesia. Berbeda dengan Amerika yang jumlah investornya mencapai 55% dari total penduduk. Donald mendorong makin banyak orang Indonesia berinvestasi saham karena investasi saham membuat kekayaannya meningkat dan terbukti dapat meningkatkan kesejahteraan.
"Saya menerapkan multibagger value investor strategy, investor perlu cari saham-saham yang murah, perusahan yang harga mercy dijual dengan harga bajay, kita beli di harga-harga murah, setahun rata-rata peningkatan 250%" kata Donald, Selasa (29/6/2021).
Investor milenial ini dipengaruhi oleh sosial media sehingga memilih saham yang terkenal dan memilih saham berdasarkan momen tertentu. Jumlah investor milenial meningkat karena bermunculan tokoh yang disebut influencer yang mendorong investasi.
Meski demikian, tantangannya adalah generasi milenial ingin mendapatkan hasil yang lebih cepat. Mereka juga membeli saham bukan berdasarkan analisa menyeluruh, melainkan karena mendengar informasi dari orang lain.
"Bagi milenial, saat ingin menginvesti jangan mengikuti kata orang, investasi perlu analisis yang menyeluruh, untuk tujuan finansial jangka panjang. Edukasi ini yang disampaikan kepada milenial sehingga mendorong investor milenial dapatnya cuan bukannya boncos," ungkapnya.
Adapun Andre Lukita selaku Founder dari Investor Academy Indonesia (IAI) menjelaskan, IAI merupakan komunitas pelaku pasar modal yang didirikan 2020 berdasarkan multibagger value investment. IAI merupakan kepanjangan tangan dari bursa efek dan emiten untuk memberi keputusan bijak.
"Banyak investor pada masa pandemi Covid-19 tanpa adanya alat perang atau edukasi yang diperlukan saat berinvestasi sehingga kami menyediakan pembelajaran melalui YouTube channel dan media sosial IAI," ujarnya.
IAI menyediakan pembelajaran dalam bentuk bedah emiten, komunitas profesi dengan berbagai sudut pandang, fokus pada edukasi saham apa yang dibeli. IAI mengundang banyak sekali direktur manajemen ketika mengedukasi masyarakat sehingga masyarakat makin terbuka wawasannya tentang saham.
Sementara itu, Vimalasari atau Vivi, Branch Manager Panin Securitas menambahkan, untuk investor yang paling penting pengenal diri sendiri, medan pertempuran, investor atau trader, cocok yang mana, tujuan pertumbuhan jumlah investor disertai dengan kualitas juga.
Adapun Wakil Dekan Sumber Daya SBM ITB Aurik Gustomo mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan jumlah investor pasar modal di Indonesia tercatat terus bertambah secara signifikan. Pada akhir 2020, jumlah investor saham tumbuh 53,47 persen menjadi 1,7 juta investor dari posisi akhir 2019 yang sebanyak 1,1 juta investor.
Pada 2021 hingga Mei 2021, jumlah investor tercatat kembali meningkat menjadi 2,4 juta investor saham. Menurut Aurik, hal tersebut merupakan tren yang sangat baik bagi bursa saham Indoesia karena kemajuan bursa saham akan juga memberikan dampak yang positif bagi kondisi perekonomian.
Tren peningkatan jumlah investor dipicu oleh antusiasme masyarakat untuk berinvestasi makin tinggi sehingga makin banyak orang mulai berinvestasi sejak dini. Banyak generasi milenial, bahkan generasi Z, sudah mulai berinvestasi. Hal itu terjadi karena makin mudah melakukan investasi di bursa saham.
"Tapi di sisi lain, tren ini harus diimbangi dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait bursa saham dan cara berinvestasinya sehingga para calon investor akan paham bagaimana potensi serta risiko yang ada dari berinvestasi saham," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, dalam acara Investor Summit, SBM ITB juga mengajak peserta acara untuk penggalangan dana bagi Saung Angklung Udjo dan beasiswa mahasiswa ITB yang terdampak pandemi Covid-19. Dikatakan Aurik, banyak pihak yang harus berjuang untuk dapat bertahan saat pandemi Covid-19, salah satunya rekan-rekan di Saung Angklung Udjo.
Saung angklung Udjo mengalami keterbatasan dalam melakukan kegiatannya untuk melestarikan salah satu aset budaya nasional, yaitu Angklung, saat pandemi Covid-19. Selain itu, banyak mahasiswa di ITB yang juga mengalami kesulitan finansial selama pandemi berlangsung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: