Lemahnya Keyakinan Diri Perempuan Berkarir dalam Industri Pers Akibat Ketimpangan Gender
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Remotivi bersama Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro menunjukkan perempuan cenderung menilai profesi jurnalisme belum ramah bagi golongan mereka. Riset yang melibatkan 157 perempuan dan 65 laki-laki dari program studi Jurnalistik di empat perguruan tinggi memperlihatkan hanya 30,2% mahasiswi yang berminat bekerja sebagai jurnalis.
Secara garis besar, penelitian menunjukkan variabel yang paling memengaruhi minat bekerja mahasiswa di industri pers adalah ekspektasi hasil dan efikasi diri. Salah satu peneliti dalam riset tersebut, Dosen Jurnalistik Universitas Diponegoro Nurul Hasfi, mengatakan mahasiswa cenderung memiliki pandangan yang negatif terkait ekspektasi hasil yang ditawarkan profesi jurnalis.
Baca Juga: Adopsi Digital Dorong Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi & Kesetaraan bagi Perempuan Pelaku Usaha Mikro
"Ada pandangan negatif terhadap profesi jurnalis, di mana gaji yang dipandang tidak mencukupi dan menawarkan jenjang karir yang tidak pasti, itu pandangan dari mahasiswa dan mahasiswi," ujar Nurul dalam Diskusi dan Peluncuran Hasil Riset: Mengapa Ada Banyak Mahasiswi Jurnalistik tetapi Hanya Sedikit Jurnalis Perempuan?, Sabtu (10/7/2021).
Sementara itu, dalam hal efikasi diri ada perbedaan yang tampak antara mahasiswa dan mahasiswi. Peneliti lain dalam riset tersebut, Dosen Komunikasi UI Eriyanto, mengungkapkan efikasi diri mahasiswi dipengaruhi oleh pengalaman belajar dan kompentensi diri. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi pada mahasiswa.
"Dari pengujian statistik yang kami lakukan menunjukkan bahwa faktor kompetensi dan pengalaman belajar tidak menjadi variabel yang memengaruhi responden laki-laki atau mahasiswa," ungkap Eriyanto.
Ia menyampaikan laki-laki cenderung yakin mampu menjadi jurnalis meskipun mereka tidak memiliki kompetensi dalam bidang jurnalisme. Eriyanto menduga rasa percaya diri itu muncul karena profesi jurnalistik lebih dilihat sebagai profesi laki-laki.
Pada akhirnya, pandangan tersebut memengaruhi pengalaman belajar dan magang mahasiswi. Survei riset menunjukkan perempuan lebih positif melihat diri mereka pada proses belajar di kelas. Akan tetapi, di tempat magang mereka cenderung diberikan tugas membuat soft news.
72,45% responden perempuan mengaku sering ditugaskan meliput isu fesyen, hiburan, wisata, kuliner, dan keluarga selama mengikuti program magang. Hanya 28,57% responden yang mengatakan pernah mendapat tugas meliput isu politik, hukum, dan keamanan.
"Ketika dieksplorasi lebih lanjut dalam sesi FGD (forum group discussion), baik partisipan laki-laki dan perempuan mengakui adanya hambatan dan stereotip-stereotip gender yang dialami calon jurnalis perempuan, baik di ruang kelas maupun tempat magang," kata Eriyanto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: