Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inggris Siap Hapus Semua Aturan Berbau Pembatasan Covid-19, Ini Alasannya

Inggris Siap Hapus Semua Aturan Berbau Pembatasan Covid-19, Ini Alasannya Kredit Foto: Antara/REUTERS/Henry Nicholls
Warta Ekonomi, London -

Perdana Menteri Boris Johnson membenarkan rencana pemerintahnya untuk menghapus semua pembatasan Covid-19 di Inggris mulai 19 Juli meskipun jumlah kasus mencapai angka tertinggi dalam beberapa bulan.

Pekan lalu Johnson mengajukan proposal untuk mencabut aturan pemakaian masker, jarak sosial, dan bekerja dari rumah, yang dia sebut sebagai "jalan searah menuju kebebasan". Dia akan mengumumkan keputusan final dalam konferensi pers Senin petang.

Baca Juga: Sudah Terbukti, Vaksin Beri Solusi buat Inggris untuk Hidup Setengah Normal

"Pandemi global belum berakhir," kata Johnson dalam pernyataan.

"Jumlah kasus akan meningkat saat kita membuka kunci (pembatasan), jadi saat kami mengonfirmasi rencana itu hari ini, pesannya akan jelas. Kewaspadaan menjadi hal yang mutlak, dan kita semua harus bertanggung jawab agar kemajuan yang kita capai tidak sia-sia."

Inggris telah menjalankan salah satu program vaksinasi tercepat di dunia. Lebih dari 87 persen orang dewasa telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin Covid-19 dan 66 persen sudah mendapatkan dua dosis.

Pemerintah beralasan meski jumlah kasus meningkat, fakta bahwa jumlah kematian dan pasien yang dirawat jauh lebih rendah dibanding sebelumnya adalah bukti bahwa vaksin menyelamatkan banyak nyawa, sehingga situasi saat ini lebih aman. Namun demikian, jumlah kasus dalam beberapa pekan terakhir melonjak ke angka yang belum pernah tercapai sebelumnya sejak musim dingin.

Sejumlah ahli epidemiologi menyampaikan kekhawatiran bahwa gelaran Euro 2020 ikut berperan pada lonjakan itu. Inggris menempati urutan ke-20 dalam daftar negara dengan jumlah kematian Covid-19 per sejuta penduduk terbanyak di dunia. Pada Minggu, kerajaan itu mencatat penambahan 31.772 kasus dan 26 kematian, masing-masing naik 31 persen dan 44 persen dalam rentang sepekan.

Stadion Wembley di London pada Ahad menjadi tuan rumah final Euro 2020 antara Inggris dan Italia. Kerumunan besar orang-orang tersebar di London, termasuk di sekitar stadion. Ada sejumlah laporan bahwa sebagian orang bisa masuk ke stadion tanpa tiket dan bergabung dengan 60.000 penonton lainnya.

"Apakah saya sedang menyaksikan penularan (virus) di depan mata saya?" cuit epidemiolog WHO Maria Van Kerkhove di Twitter saat pertandingan memasuki babak terakhir.

"Pandemi #COVID-19 tidak beristirahat malam ini... #SARSCoV2 #DeltaVariant akan mengambil keuntungan dari orang yang tidak divaksin, dalam kerumunan, tanpa masker, menjerit/berteriak/bernyanyi. Menghancurkan."

Johnson pekan lalu mengindikasikan akan mencabut aturan pemakaian masker dalam ruang publik tertutup, meski menteri vaksin Nadhim Zahawi pada Minggu (11/7) mengatakan aturan menyebutkan bahwa "orang diminta untuk mengenakan masker di ruang tertutup".

Kantor PM Johnson mengatakan lampu hijau untuk mencabut semua aturan pembatasan tergantung pada empat kondisi: banyaknya orang yang telah divaksin, vaksin telah mengurangi angka kematian dan kasus parah, rumah sakit tidak tertekan, dan sebaran varian baru tidak menimbulkan risiko terlalu besar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: