Hernia nukleus pulposus (HNP) atau dalam istilah awamnya saraf terjepit merupakan suatu kondisi yang diakibatkan menonjolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf tulang belakang.
HNP dapat terjadi pada semua ruas tulang belakang, tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada segmen lumbal atau pinggang yang sebagian besar pada segmen L4-L5, L5-S1.
Saraf terjepit juga bisa terjadi pada ruas leher C5-C6 atau C6-C7. Saraf terjepit ini juga bisa mengenai segala usia, baik muda maupun tua.
Pada usia muda umumnya disebabkan oleh cedera dan beban berat pada tulang belakang sehingga menyebabkan penonjolan bantalan tulang atau diskus intervertebrali. Sedangkan pada usia tua disebabkan proses degenerasi, dan hilangnya elastisitas batalan tulang.
Faktor risiko saraf terjepit ini cukup banyak, antara lain usia, cedera (baik jatuh akibat kecelakaan atau olahraga), aktivitas dan pekerjaan (duduk lama, mengangkat ataupun menarik beban yang berat, sering memutar punggung ataupun membungkuk, latihan fisik terlalu berat dan berlebihan, terpapar getaran yang konstan, olahraga berat, merokok, berat badan berlebihan, dan batuk dalam waktu yang lama.
Saraf terjepit ini dapat menimbulkan beragam gejala bergantung pada lokasi jepitan saraf itu terjadi. Namun pada umumnya dikatakan mengalami saraf kejepit apabila mengalami salah satu dari tiga gejala berikut; Komponen sensorik (rasa), misalnya kesemutan, kebas, baal yang terasa di tangan atau kaki. Komponen motorik (gerakan), misalnya anggota gerak melemah.
Dan komponen otonom, misalnya gangguan buang air kecil, dan buang air besar. Nyeri akibat saraf terjepit dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya.
Biasanya saat nyeri ini sudah berlangsung lama, penderitanya mulai mencari solusi untuk mengatasi nyerinya.
Namun demikian, Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP dalam diskusi media, Kamis (15/7/2021) mengatakan, saat ini dunia medis sudah berkembang semakin maju dengan adanya Interventional Pain Management (IPM) yang menerapkan teknik-teknik intervensi untuk menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lainnya.
Dijelaskan, teknologi IPM ini dapat berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang paling terbaru adalah DiscFX.
Menurutnya semua teknologi ini akan membantu menangani nyeri tulang belakang yang menjadi salah satu keluhan utama penderitanya saat berkonsultasi dengan dokter.
Sementara, dr. Mustaqim Prasetya, SpBS menambahkan, dulu kondisi saraf terjepit perlu ditangani dengan operasi terbuka yang memiliki banyak risiko dan proses pemulihannya lama.
Kini seiring dengan majunya teknologi kedokteran, saraf terjepit sudah dapat diatasi dengan teknologi invasif minimal tanpa bedah terbuka dengan risiko yang lebih minimal.
Jadi, saraf terjepit sudah dapat ditangani tanpa perlu rawat inap, dan proses pemulihannya cepat. Selain itu, biaya jauh lebih terjangkau dibandingkan operasi terbuka dulu.
Sebagai pembicara ketiga hadir dr. Danu Rolian, SpBS, memaparkan Solusi Terkini Tanpa Operasi Saraf Terjepit, Kateter RACZ dan DiscFX.
Salah satu Teknik IPM untuk atasi nyeri tanpa operasi adalah kateter RACZ yang berukuran mikro dan akan dimasukkan ke dalam rongga epidural di tulang belakang.
Dijelaskan, kateter RACZ ini juga disebut dengan neuroplasty epidural ini akan menghantarkan obat-obatan tertentu untuk membantu mengurangi peradangan atau iritasi saraf sehingga nyeri menjadi berkurang atau mereda.
Prosedur kateter RACZ ini hanya membutuhkan waktu 30-45 menit, sehingga tidak perlu rawat inap sehingga pasien bisa langsung pulang.
Teknologi IPM terbaru lainnya adalah teknologi DiscFX yang dapat mengatasi jepitan saraf tulang belakang sehingga nyeri bisa tuntas. Selanjutnya, dr. Danu menjelaskan berbagai keunggulan DiscFX, tindakan ini hanya memerlukan sayatan kecil sehingga biusnya cukup lokal saja dan tanpa rawat inap.
Proses tindakan juga cepat dan dapat dilakukan pada beberapa bantalan tulang yang menonjol sekaligus. Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, DiscFX ini dapat memberikan perbaikan kualitas hidup penderita saraf terjepit lebih baik karena dapat terbebas dari siksaan nyeri akibat saraf terjepit.
"Klinik Nyeri DR. Indrajana akan berkomitmen untuk memberikan layanan medis untuk penanganan nyeri tulang belakang secara komprehensif karena kami memiliki beragam teknologi IPM guna menjawab kebutuhan penderita nyeri yang sedang mencari kesembuhan tanpa operasi,” jelas dr. Mustapa Widjaja.
Selanjutnya Direktur Utama Klinik Utama DR. Indrajana ini juga menjelaskan, kateter RACZ dan DiscFX telah melengkapi fasilitas di Klinik Nyeri kami selain endoskopi tulang belakang, laser, dan radiofrekuensi ablasi.
Klinik Nyeri DR. Indrajana akan memberikan perbaikan kualitas hidup penderita nyeri tulang belakang sehingga dapat bebas bergerak tanpa nyeri lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: