Target Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Terlalu Tinggi, Fuad Bawazier: Angkanya Serem!
Mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier mengungkapkan ketidakpercayaannya kepada pemerintah tentang target pertumbuhan ekonomi yang hampir selalu tinggi. Lalu hampir selalu salah meski berkali-kali diralat angkanya. Hingga akhirnya menunjukan kesalahan yang konsisten yakni target yang meleset karena ketinggian.
“Untuk kuartal I tahun 2020 itu angkanya minus 0,7 persen. Kuartal II tahun ini 5,7 persen tapi mereka mentarget 7-8 persen. Angka yang seram-seram karena kuartal II tahun ini dibandingkan dengan kuartal 2020 yang memang waktu itu ambruk sekali. Ini yang bikin, pemerintah mabuk,” ujarnya dalam diskusi Meneropong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2021 Imbas PPKM Darurat yang diselenggarakan Narasi Institute, Jumat (23/7/2021).
Baca Juga: Fuad Bawazier: Dunia Farmasi itu Kira-kira Seperti Dunia Narkoba tapi Legal
Fuad mengatakan target pertumbuhan ekonomi dari pemerintah yang terlampau tinggi dinilainya tidak realistis dengan kondisi di lapangan. Seperti banyaknya UMKM yang gulung tikar, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang terseok-seok, bisnis wisata sepi, sampai turunnya kelas Indonesia berdasarkan income per kapita dari negara berpendapatan menengah ke atas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah.
“Saya menduga bahwa pertumbuhan ekonomi akan menurun karena indikasinya pertumbuhan kredit pada 2021 itu saya kira paling tinggi 1 persen. Padahal jaman Orde Baru ketika pertumbuhan ekonomi kurang lebih 7 persen pertumbuhan kredit bank itu bisa 17-21 persen untuk menopang 7 persen pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Fuad menambahkan kalau berdasarkan angka Produk Domestik Bruto rill pada kuartal II tahun 2020 mencapai Rp 2.589 triliun. Sedangkan pada kuartal III tahun 2021 bila berdasarkan kuartal tahun ke tahun berada pada angka 0,1 persen, sehingga bila setahun dari PDB rill 2020 sampai 2021 hanya sampai 1,2 persen.
“Pertumbuhannya mentok 2 persen,” katanya,
Fuad menyebut pembacaan kuartal berdasarkan kuartal ke kuartal dinilainya lebih objektif, daripada yang selama ini diungkapkan pemerintah yakni pembacaan kuartal berdasarkan tahun ke tahun.
Dia merinci grafik pertumbuhan ekonomi, dari kuartal I tahun 2020 sebesar minus 2,4 persen, kuartal II sebesar minus 4,2 persen, kuartal III sebesar 5,06 persen, dan kuartal IV sebesar 0,41 persen.
“Tahun 2021 kuartal pertama minus 0,97 persen, kuartal dua paling dua persen. Kuartal ketiga dan keempat akan minus-minus lagi dan resesi lagi. Kita itu masih bergelut dengan resesi. Kalau kuartalnya berdasarkan antara tahun ke tahun ya menunjukan angka positif karena tapi kalau dari antara kuartal ke kuartal ya tidak juga,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: