Masya Allah Bikin Terkagum-kagum, Rentetan Kunci Sukses Jusuf Hamka Beda dengan Pengusaha Lain!
Pengusaha muslim Tionghoa, Jusuf Hamka mengungkap bahwa ia bukan lagi CEO dari PT Citra Marga Nusaphala. Tetapi, ialah pemilik dari 80 persen perusahaan yang bergerak pada bidang konstruksi tersebut.
"Itu semua bukan karena kepintaran saya, itu semua karena gerak Allah. Saya mulai dari kecil sebagai pedagang es mambo, pedagang es asongan," kenang Jusuf Hamka dalam YouTube bertajuk "Inspirational Speech: H. Muhammad Yusuf Hamka".
Lebih lanjut, Jusuf mengungkap bahwa ia tak pernah bermimpi, tetapi ia punya mimpi.
Baca Juga: Masya Allah Pengusaha Jusuf Hamka Adem Banget: Ingatkan Sedekah dan Kutip Ayat Al Qur'an
"Dalam hidup ini kita harus punya mimpi, tetapi mimpi itu juga harus kita yang jadikan kenyataan," tandas Jusuf. "Jangan biarkan mimpi itu hanya jadi angan-angan di kepala kita tapi kita harus jadikan kenyataan." lanjut Jusuf.
Untuk mewujufkan mimpi, Jusuf berujar bahwa kita harus jadi orang yang jujur dan amanah, lalu sayang kepada orang tua.
"Karena doa orang tua ini yang membuat jalan kita menjadi mulus," pungkasnya.
Jusuf bahkan menekankan kepada anak-anaknya bahwa mereka harus lebih hormat kepada ibu, baru ayah. Ini karena perjuangan seorang ibu sangat hebat, lebih hebat dari ayah yang hanya mencari nafkah. Tetapi tugas seorang ibu adalah mengandung, menyusui, mengurus dan mendidik anak-anaknya.
"Perjuangan seorang ibu itu tidak bisa diukur dengan materi," ujar Jusuf.
Kemudian, Jusuf kembali bercerita bahwa cita-citanya dahulu hanya menjadi tukang parkir. Ini karena ia saat SMA bertanya kepada tukang parkir penghasilan per hari berapa. Tukang parkir itu menjawab per hari bisa mendapatkan Rp10-15 ribu.
Sementara, harga satu mangkok bakmie saat itu hanya Rp300. Jusuf berpikir karena makan hanya 3 kali sehari, itu berarti ia bisa menabung 30 mangkok bakmie.
Lalu, ia bermimpi untuk menjadi orang sukses karena itu ia membaca buku berjudul "Cara Menjadi Orang Sukses" di sebuah toko buku.
Jusuf saat itu tak mampu membeli buku tersebut karena tidak punya uang. Jusuf berujar intisari dari buku tersebut adalah kerja keras, jujur, berdoa dan sayang kepada orang tua serta meminta ridho dan barokah orang tua.
Seorang Jusuf Hamka saat itu sangat pesimis untuk menjadi orang sukses. Saat berusia 24 tahun, Jusuf Hamka menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam. Ia pun telah dianggap anak oleh Buya Hamka yang meng-Islamkannya.
Jusuf Hamka pun mengenang, saat itu Buya Hamka mengatakan bahwa ketika memeluk agama Islam, dosa-dosa Jusuf dihapuskan dan ia memulai segalanya dari nol lagi. Seketika Jusuf berdoa.
"Ya Allah dengan perkenan Engkau kalau memang diperkenankan aku ingin mengharumkan nama Islam dan aku ingin sukses. Sukses itu entah bagaimana," kenang Jusuf. "Rupanya doa saya diijabah," lanjutnya lagi.
Saat Orde Baru, Jusuf memiliki usaha kayu di Kalimantan dengan membuat triplek. Sayangnya, karena saat itu Jusuf tidak dekat dengan pemerintah, pabriknya terpaksa tutup dan 11.000 karyawannya terpaksa pulang ke Jawa.
"Saya gak kecil hati. Ya Allah jika memang ini rencana-Mu, tidak apa-apa," ujarnya ikhlas.
Setelah itu, Jusuf berusaha bangkit dengan membuat usaha lagi. Tetapi ia masih terus jatuh bangun dan pabriknya tutup pada tahun 1994. Kemudian pada tahun 2008, setelah kurang lebih 14 tahun tidak bekerja, ia diajak seorang teman untuk ikut di perusahaan pengeboran minyak. Tapi setelah satu tahun, Jusuf merasa itu bukan bidangnya.
Kemudian pada tahun 2012, ia ditawarkan pemegang saham jalan tol PT Citra Marga Nusaphala. Saat ini, perusahaan tersebut adalah perusahaan tol terbesar di Indonesia.
Jusuf berujar saat itu pemegang saham sedang bertengkar sehingga Jusuf ditunjuk sebagai direktur perusahaan. Akhirnya, Jusuf pun mengiyakan selama tidak mencuri dan tidak korupsi.
Dahulu, pemegang saham PT Citra Marga Nusaphala kebanyakan asing. Tetapi, dengan nekatnya Jusuf berujar akan membeli Bank Century yang sedang bermasalah. Itu ia lakukan agar asing-asing tersebut pergi sehingga PT Citra Marga Nusaphala dimiliki oleh orang Indonesia. Meski demikian, tetap ada 1-2 aseng yang memiliki saham di perusahaan.
Jusuf bahkan berujar bahwa proyek-proyek yang dimiliki perusahaan hanya ingin ia kelola bersama putra putri bangsa. Ia tidak ingin ada asing yang menguasai Indonesia.
Jusuf Hamka juga berbagi pengalamannya yang menjual nasi kuning seharga Rp3ribu namun ia beli Rp10 ribu.
"Secara matematika itu rugi, tapi buat saya itu untung," ujar Jusuf.
Jusuf Hamka sudah menjalankan program nasi kuning ini bertahun-tahun. Ia anggarkan dana miliaran rupiah, tapi justru ia surplus. Uang yang ia anggarkan tidak pernah terpakai.
"Inilah yang dikatakan oleh guru saya dan ayah angkat saya yaitu almarhum Buya Hamka 'fastabiqul khairat'. Kalau kamu mau berbuat kebaikan di jalan Allah pasti Allah cariin duitnya padahal saya mau keluar duit sendiri tapi dicariin duitnya," tandas Jusuf Hamka.
Jusuf Hamka menambahkan bahwa di perusahaan jalan tol ini ia terkadang masih terkaget-kaget. Pasalnya, dahulu memegang uang Rp22 juta saja tidak pernah terpikirkan, tetapi pemerintah memberinya proyek Rp22,5 triliun. Padahal, dahulu Jusuf Hamka hanya seorang anak jalanan dan anak kampung.
Terakhir, Jusuf Hamka berujar bahwa masih ada satu mimpinya yang belum tercapau yaitu membangun 1.000 masjid dan musholah. Meski konsep masjidnya kental akan nuansa oriental, tetapi Jusuf Hamka berujar bahwa ia ingin menebarkan syiar kebaikan-kebaikan Islam kepada masyarakat Tionghoa.
"Inilah anak jalanan, pedagang asongan, tapi karena Allah, mau apapun kun fayakun bisa jadi apa saja," tandas Jusuf Hamka.
Terakhir, Jusuf Hamka berpesan agar jangan sombong, selalu ingat kebutuhan orang lain yang belum tercukupi.
"Insya Allah rezeki itu datang bak tsunami," ujarnya lagi.
"Kalau kita tidak sombong kita selalu mau tahu dan bertanya. Saya belajar ini dari sopir dan agen rokok," pungkas Jusuf Hamka.
Dengan bertanya, ini akan menambah wawasan. Jusuf Hamka berujar bahwa ia bukanlah lulusan sarjana. Ia hanya lulusan SMA. Meski pernah kuliah kedokteran dan hukum, tetapi itu hanya sampai semester satu dan dua, tak sampai lulus. Karena itu, Jusuf berpesan bagi adik-adik yang sarjana, seharusnya bisa lebih baik darinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: