Utang RI Tembus Rp6.555 Triliun sementara Utang BUMN Rp2.100 Triliun, Ekonom: Sulit Menambalnya!
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) sekaligus Rektor Universitas Paramadina Prof Didik J Rachbini menyebut APBN 2021 saat ini mempunyai masalah berat, dan diduga akan berpotensi memicu krisis ekonomi.
Menurutnya, jika pada masa lalu krisis bisa terjadi lewat nilai tukar, maka sekarang krisis akan bisa terjadi melalui APBN, yang memang bermasalah.
Dalam catatannya, krisis pandemi Covid 19 mestinya disikapi dengan kehati-hatian untuk menjaga APBN agar tidak bermasalah. Ironisnya, ketika di tengah krisis ekonomi dan pandemi mendera, APBN yang defisit besar digenjot oleh utang yang luar biasa besar.
"Tidak ada upaya untuk efisiensi lebih dahulu, tetapi langsung meningkatkan utang untuk membiayai pandemik ini. Akibatnya, defisit tidak dapat dielakkan dan masalah ekonomi juga tidak dapat diatasi. Sementara pada saat yang penanganan dampak pandemi covid 19 juga terbengkalai tidak ada perbaikan ekonomi tanpa mengatasi pandemi," kata Didik dalam keterangan persnya.
Pada akhir 2019 saja, ketika DPR dalam proses perancangan anggaran, anggaran utang sempat diturunkan menjadi Rp 625 triliun dari tahun sebelumnya. Namun karena mendadak pandemi datang, tiba-tiba utang digenjot dari Rp625 triliun menjadi Rp 1.222 triliun.
"Dikhawatirkan di masa depan di masa normal pun siapapun presidennya akan kesulitan menambal defisit yang sangat besar," tambahnya.
Utang yang melonjak sangat besar dua tahun terakhir ini akan menjadikan APBN semakin rapuh. Ini akan menjadi warisan yang sangat krusial dan berat bagi presiden yang akan datang.
"Jumlah utang pemerintah sekarang mencapai Rp6.555 triliun dan pada saat yang sama utang BUMN mencapai 2.100 triliun," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: