Taliban Lihat 2 Negara Kuat Ini Sudah Dihadapanmu: Pembunuhan Ini Bisa...
Kedutaan Besar AS dan Inggris di Kabul pada Senin (2/8/2021) mengatakan, Taliban telah melakukan kejahatan perang di Afghanistan selatan. AS dan Inggris menuding Taliban melakukan pembunuhan balas dendam terhadap warga sipil.
Tuduhan itu dibantah Taliban. Seorang anggota tim perunding Taliban yang berbasis di Doha, Suhail Shaheen, mengatakan kepada Reuters, tuduhan itu adalah laporan tidak berdasar.
Baca Juga: Dikebut, Amerika Lebih Banyak Evakuasi Warga Afghanistan Sebelum Taliban...
Sebelumnya, Kedutaan Besar AS di Kabul menulis sebuah pernyataan di Twitter yang menuduh Taliban membunuh puluhan warga sipil di daerah Spin Boldak, provinsi Kandahar selatan. Kedutaan Besar Inggris juga melontarkan pernyataan serupa di Twitter resminya.
"Pembunuhan ini bisa merupakan kejahatan perang, mereka harus diselidiki dan para militan atau komandan Taliban harus bertanggung jawab," ujar Kedutaan Besar AS di Kabul.
"Kepemimpinan Taliban harus bertanggung jawab atas kejahatan para militan mereka. Jika Anda tidak dapat mengendalikan militan Anda sekarang, Anda tidak memiliki urusan dalam pemerintahan nanti," kata Kedutaan Besar AS menambahkan.
Dalam pernyataan tersebut, Kedutaan Besar AS menyerukan agar Taliban melakukan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut, laporan tentang Taliban yang melakukan kekejaman sangat mengganggu dan sama sekali tidak dapat diterima.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, Taliban bertanggung jawab atas sebagian besar tindakan kekerasan yang keterlaluan dan keji di Afghanistan.
"Dunia tidak akan menerima pemerintahan Afghanistan yang tidak menghormati hak asasi manusia," kata Price, mengacu pada prospek Taliban menerapkan kembali kekuasaannya dengan paksa atau bergabung dengan pengaturan pembagian kekuasaan sementara sebagai bagian dari kesepakatan damai.
Bulan lalu, Taliban menguasai daerah strategis Spin Boldak, yang terletak di perbatasan dan penyeberangan perdagangan dengan Pakistan. Pertempuran sengit telah terjadi sejak pasukan Afghanistan mencoba merebut kembali daerah itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: