Head of LOTS Service LOTUS Sekuritas, Krisna Dwi Setiawan, mengatakan seseorang yang ingin memulai investasi harus perlu mempertimbangkan orientasi waktu investasi pasar saham. Hal tersebut barkaitan dengan return yang didapatnya.
“Kalau investasi jangka pendek menjadi trader. Tapi kalau investasi jangka panjang ya jadinya investor. Sebab, saham yang dibeli dalam jangka panjang pastinya tidak akan sama dengan saham yang dibeli oleh para trader,” ujarnya ujarnya dalam Sesi 2 pada Universitas Indonesia Investment Class, Minggu (8/8/2021).
Krisna menyebutkan saat ini setidaknnya sudah terdapat 740 perusahaan yang tercatat Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai perusahaan publik. Dari jumlah perusahaan tersebut, sangat terbuka bagi publik untuk melakukan investasi saham.
Baca Juga: Jangan Ragu Berinvestasi Saham Meski Pandemi Covid-19, Ini Alasannya
Dari total 740 perusahaan, agar mudah dipahami, Krisna membaginya menjadi menjadi dua macam yakni saham yang berjangka panjang dan saham yang berjangka pendek.
“Kedua jenis ini yang nantinya akan terlihat mengarah ke saham yang seperti apa,” tuturnya.
Krisna mengungkapkan saham jangka panjang lebih sering disebut dengan saham Growth Stock. Saham ini sangat cocok diperuntukan bagi investor jangka panjang. Sedangkan saham jangka pendek lebih sering disebut dengan saham Cyclical, yang sangat cocok dengan investor jangka pendek.
Kepada calon investor jangka panjang, Krisna menyarankan, agar tidak sekali-kali membeli saham Cyclical. Sebab, selain menghasilkan return yang rendah juga berpotensi mengalami kerugian. Sedangkan investor jangka pendek, dibebaskan untuk membeli saham Growth.
“Investor jangka pendek itu bebas dia tinggal pilih saja mana yang returnnya tinggi. Kalau yang jangka panjang yang dibeli bukan saham Growth atau malah Cyclical itu dampaknya bisa merugi,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Rosmayanti