Kepanikan Melanda Afghanistan, Warga Sipil Lari Kocar-Kacir Hindari Serangan Taliban
Presiden Joe Biden mendesak para pemimpin Afghanistan untuk memperjuangkan tanah air mereka, pada Selasa (10/8/2021) kemarin, mengatakan dia tidak menyesali keputusannya untuk menarik pasukan AS. Dia mencatat bahwa AS telah menghabiskan lebih dari $1 triliun di Afghanistan selama 20 tahun dan kehilangan ribuan tentara.
"Mereka harus berjuang untuk diri mereka sendiri," katanya.
Sementara itu, warga Afghanistan masih menunggu untuk keluar dari provinsi.
Seorang Afghanistan, yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut akan pembalasan dari Taliban, memesan dan membatalkan penerbangan dari Herat ke Kabul, pada Kamis (12/8/2021). Dia telah merencanakan untuk membawa kartu pelajar palsu dalam perjalanannya ke bandara, untuk menyamarkan fakta bahwa dia bekerja untuk pemerintah asing.
Di dalam kota Herat, bom jatuh dan harga naik, katanya. Lima liter minyak goreng naik dari sekitar 10 dolar menjadi 16 dolar.
“Ini di luar kemampuan saya untuk membayangkan diri saya di sebuah kota yang suatu hari nanti akan berada di tangan Taliban,” katanya, dikutip laman NBC News, Kamis (12/8/2021).
Yang lain takut mereka tidak punya pilihan selain mencari tahu.
Abdullah Yarmand, 36, yang mengaku bekerja untuk pasukan Norwegia antara 2007 dan 2009, terjebak di kota Maymana.
Dia berpindah-pindah rumah hampir setiap hari karena dia telah menerima ancaman pembunuhan dari Taliban, dan berjuang untuk tidur lebih dari dua atau tiga jam setiap malam, katanya.
“Beberapa orang mengatakan jika Anda memakai gaun wanita, Anda bisa keluar,” katanya. "Tapi aku takut."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: